Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (12/2): Batu Bara dan CPO Bergerak Variatif

Harga komoditas batu bara dan CPO pada perdagangan Jumat (9/2) telah ditutup variatif. Kedua komoditas juga menguat dalam sepekan.
Menara pendingin dan cerobong asap PLTU batu bara di Mpumalanga, Afrika Selatan yang dipotret pada Jumat (5/5/2023). Bloomberg/Waldo Swiegers
Menara pendingin dan cerobong asap PLTU batu bara di Mpumalanga, Afrika Selatan yang dipotret pada Jumat (5/5/2023). Bloomberg/Waldo Swiegers

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara menguat dalam sepekan, di tengah India berencana meningkatkan pembangkit listrik tenaga batu bara. CPO juga menguat dalam sepekan dan diperkirakan diperdagangkan dengan bias menurun pada minggu ini.

Harga batu bara berjangka kontrak Februari 2024 di ICE Newcastle stagnan pada perdagangan Jumat (9/2/2024) mencatatkan penguatan 0,08% atau 0,10 poin ke level 120,60 per metrik ton pada Kamis (8/2).

Dalam sepekan, kontrak ini telah menguat sebesar 3,30%.Kemudian, kontrak pengiriman Maret 2024 juga menguat sebesar 0,40% atau 0,50 poin ke level 125,60 per metrik ton, mencatatkan penguatan sebesar 4,75% dalam sepekan. 

Mengutip CoalMintperusahaan listrik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) NTPC memiliki rencana untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik berbasis batu bara sebesar 16.000 megawatt (MW) dalam waktu dekat. 

Adapun, hal tersebut sejalan dengan strategi pemerintah untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas pada tahun fiskal 2032 untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. 

Penambahan listrik tersebut melengkapi kapasitas 10.000 MW yang sedang dibangun. Pemerintahan juga berencana untuk menambah 80-90 GW pembangkit listrik termal pada tahun fiskal 2032. 

Kemudian, mengutip ET EnergyWorld, produksi batu bara India melonjak menjadi 803,79 MT pada tahun fiskal 2023-24 pada tanggal 6 Februari 2024. Angka tersebut menunjukkan peningkatan yang signifikan dari 717,23 MT pada periode yang sama pada tahun fiskal 2022-2023. 

Kementerian Batubara India kemudian menuturkan bahwa pertumbuhan tersebut mencerminkan tingkat pertumbuhan yang mengesankan, yakni sebesar 12,07%.

Di lain sisi, seperti yang dilaporkan oleh kementerian perdagangan dan industri India, menurut Indeks Delapan Industri Inti (ICI) dengan tahun dasar 2011-2012, sektor batu bara India telah muncul sebagai pemain terbaik di antara delapan industri inti pada Desember 2023 dan mencatat pertumbuhan sementara sebesar 10,6%.

Harga CPO  Harga CPO atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Maret 2024 melemah -5 poin menjadi 3.911 ringgit per metrik ton. Dalam sepekan, kontrak ini telah menguat sekitar 3,16%.

Kemudian, kontrak April 2024 juga menguat sebesar 7 poin menjadi 3.881 per metrik ton. Kontrak ini telah menguat sekitar 3,19% dalam sepekan.

Mengutip Bernama, Senin (12/2) kontrak berjangka minyak sawit di Bursa Malaysia Derivatives diperkirakan akan diperdagangkan dengan bias menurun pada minggu ini, di kala adanya ekspektasi melemahnya permintaan dan meningkatnya laju produksi. 

“Oleh karena itu, kami memperkirakan pasar akan diperdagangkan antara 3.750-3.900 ringgit pada minggu depan,” terangnya pada Sabtu (10/2).

Lalu, kepala riset komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani, menuturkan bahwa pada pekan depan fokus pasar akan tertuju pada rilis penawaran dan permintaan Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) pada Januari 2024. 

Pada masa tersebut, pasar akan memperkirakan adanya pengurangan persediaan minyak sawit di Negeri Jiran tersebut sebesar dua digit dan ekspor yang menurun. 

Untuk pekan yang telah berakhir, sebagian besar kontrak berjangka CPO diperdagangkan lebih tinggi di tengah ekspektasi penurunan produksi selama sebulan lagi, kinerja minyak kedelai yang kuat di Chicago Board of Trade (CBOT) dan antisipasi tingkat stok yang lebih rendah di Malaysia. 

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia ditutup menguat 0,16% terhadap dolar AS pada Jumat (9/2). Ringgit yang menguat membuat minyak kelapa sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing. 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper