Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara melanjutkan pelemahan pada hari sebelumnya. Sementara itu, harga crude palm oil (CPO) masih menguat walaupun volume perdagangan yang rendah membatasi kenaikan tersebut.
Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (29/12/2023), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari 2024 pada penutupan perdagangan Kamis (28/12) melemah -1,36% atau -1,90 poin ke level US$138,10 per metrik ton. Adapun, kontrak pengiriman Februari 2024 tidak berubah di level US$136 per metrik ton.
Mengutip Coalmint, produksi batu bara Indonesia diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi pada tahun ini dan melampaui target pemerintah lantaran kuatnya permintaan global dan kondisi cuaca yang mendukung.
Pada Rabu, 27 Desember 2023, produksi batu bara telah melonjak hingga mencapai 751,58 juta ton dengan melebihi target awal sebesar sebesar 694,5 juta ton. Adapun, penjualan batu bara juga melampaui ekspektasi mencapai 705,49 juta ton, melebihi jumlah yang ditargetkan.
Meskipun harga batu bara mengalami penurunan, lonjakan produksi batu bara sendiri telah mencolok dengan didorong oleh peningkatan permintaan energi baik di tingkat global maupun domestik.
Permintaan yang meningkat tersebut terutama terlihat di era pasca-pandemi Covid-19, di mana pertumbuhan ekonomi meningkatkan kebutuhan akan sumber daya energi.
Baca Juga
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Lana Saria, mengatakan bahwa meskipun harga telah mengalami penurunan, harga dinilai masih relatif tinggi.
Ketahanan dalam dinamika harga menjadi penopang yang kuat bagi industri batu bara di tengah kondisi pasar yang terus berkembang.
Menurut data bea cukai China, Indonesia, yakni eksportir batu bara termal terbesar di dunia, mengalami peningkatan substansial sebesar 30% dari Januari - November 2023 pada impor batu bara China. Indonesia menerima 199,1 juta ton, atau 46,6% dari total impor batu bara China
Harga CPO
Harga (CPO) atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Februari 2024 menguat 9 poin menjadi 3,726 ringgit per metrik ton. Kemudian, untuk kontrak Maret 2024 juga mengalami penguatan sebesar 12 poin menjadi 3,751 ringgit per metrik ton.
Mengutip Reuters, minyak kelapa sawit berjangka Malaysia telah naik pada sesi kedua pada Rabu (27/12) meskipun terdapat volume perdagangan yang rendah membatasi kenaikan tersebut.
Harga minyak sawit berjangka Malaysia telah menurun pada Kamis (28/12) setelah mengalami kenaikan dua sesi berturut-turut, yang terbebani oleh melemahnya minyak nabati saingannya meskipun perkiraan produksi yang lebih rendah membatasi kerugian.
Kepala penelitian broker minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani, menuturkan bahwa kontrak pada Maret 2024 diperkirakan diperdagangkan lebih rendah menyusul melemahnya kontrak berjangka minyak nabati China dan melemahnya kinerja minyak sawit Malaysia selama Desember 2023.
“Meskipun perkiraan produksi yang lebih rendah telah membatasi harga minyak sawit untuk turun lebih besar lagi,” tutur Bagani.
Asosiasi Minyak Sawit Malaysia memperkirakan produksi minyak sawit Malaysia antara 1-20 Desember 2023 turun 8,59%. Sementara dari UOB, Kay Hian memperkirakan bahwa produksi akan menurun sebesar 7% hingga 11%.
Di awal perdagangan Asia, harga minyak naik lantaran adanya kekhawatiran terus-menerus mengenai meningkatnya ketegangan di Timur Tengah
Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada hari Kamis karena kekhawatiran yang terus-menerus mengenai meningkatnya ketegangan di Timur Tengah melebihi berkurangnya kekhawatiran mengenai gangguan transportasi.
Masa depan minyak mentah yang lebih kuat juga menjadikan kelapa sawit sebagai pilihan yang lebih menarik untuk bahan baku biodiesel.
Kontrak minyak kedelai teraktif Dalian, DBYcv1, turun 0,39%. Sedangkan kontrak minyak sawit, DCPcv1, tergelincir 0,33%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) BOcv1 turun 0,27%.
Analis teknikal Reuters, Wang Tao, menuturkan bahwa harga minyak sawit mungkin turun menjadi 3.709 ringgit per metrik ton, setelah gagal menembus resistensi pada 3.793 ringgit.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang perdagangan kontrak minyak kelapa sawit, Ringgit malaysia, ditutup menguat 0,46% terhadap dolar AS. Ringgit yang lebih kuat membuat minyak kelapa sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing.