Bisnis.com, JAKARTA — Keputusan Shopee Indonesia untuk melakukan PHK terhadap sejumlah karyawannya tidak terlepas dari faktor pemburukan kinerja keuangannya secara global. Sea Ltd., perusahaan yang menaungi e-commerce ini, menderita pembengkakan kerugian yang sangat signifikan pada kuartal II/2022.
Berita tentang kinerja keuangan Sea Ltd. menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Selasa (20/9/2022):
Kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh e-commerce Shopee terhadap 187 karyawannya di Indonesia menjadi indikasi bahwa startup raksasa ini sedang tidak baik-baik saja. Sinyal ini sejatinya sudah dapat terbaca pada rilis kinerja induknya, Sea Limited, yang lesu.
Sea Limited merilis kinerja keuangannya untuk periode kuartal kedua tahun ini pada pertengahan Agustus 2022 lalu. Meski dari sisi top line kinerja grup usaha yang turut menaungi bank digital SeaBank di Indonesia ini terlihat meningkat, dari sisi bottom line justru babak belur.
Total pendapatannya pada kuartal II/2022 mencapai US$2,9 miliar. Nilai tersebut meningkat signifikan 29 persen secara tahunan atau year-on-year (YoY) dari US$2,28 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Laba kotor juga masih positif, yakni US$1,1 miliar, dan berhasil tumbuh 17,1 persen YoY.
Namun, dari sisi bottom line, Sea Ltd. menderita pembengkakan kerugian. Untuk kuartal II/2022, total kerugian bersihnya mencapai US$931,2 juta, meroket 114,7 persen YoY dari kerugian pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$433,7 juta.
Bank Dunia memprediksi tahun 2023 akan masuk pada periode resesi global. Negara berkembang menjadi pihak yang terdampak paling berat dari kondisi tersebut. Jika resesi “hanya” menyebabkan perlambatan ekonomi di negara maju, dampaknya ke negara berkembang bisa lebih parah lagi.
Seperti disampaikan Fitch Rating, krisis energi di Eropa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi semakin suram.
Sementara itu, laju peningkatan suku bunga di negara maju, diprediksi Bank Dunia akan berdampak pada perekonomian di negara dan pasar berkembang.
Bank Dunia memprediksi bahwa Langkah bank sentral di negara-negara maju meningkatkan suku bunga untuk melawan inflasi akan menjadi beban besar yang harus disandang dunia. Negara-negara berkembang menjadi pihak yang paling berisiko menanggung beban perekonomian dunia tersebut.
Upaya untuk menarik investor pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur terus dilakukan. Salah yang dilakukan pemerintah yakni dengan memberikan insentif. Adapun jenis insentif yang disiapkan pemangku kebijakan dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Kemudahan dan Fasilitas Penanaman Modal di IKN Nusantara sebagai aturan turunan dari UU No. 3/2022 tentang Ibu Kota Negara.
Insentif tersebut yakni super tax deduction, pembebasan bea masuk, hingga fasilitas pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) impor. Tax holiday yang menjadi stimulus andalan pun tetap tersaji bagi investor.
Selain menambah pilihan insentif, pemerintah juga akan menerapkan jangka waktu lebih panjang untuk fasilitas tax holiday jika dibandingkan dengan ketentuan yang saat ini berlaku.
Jika diamati, sederet pelonggaran fiskal itu berkorelasi erat dengan aktivitas dunia usaha. Pembebasan bea masuk dan PPN Impor misalnya, yang berkaitan dengan aktivitas perdagangan, terutama importasi bahan baku.
Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi telah menerbitkan tiga instrumen waran terstruktur di pasar modal Indonesia hari ini, Senin (19/9). Instrumen ini diyakini bakal menarik minat banyak investor dan hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk menyaingi pasar negara tetangga.
Ketiga seri produk waran terstruktur tersebut yakni ADRODRCM3A dengan underlying saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), BBRIDRCM3A dengan underlying saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan UNVRDRCM3A dengan underlying saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).
Waran terstruktur biasanya banyak diminati oleh investor high risk taker, seperti yang sudah terjadi di pasar Malaysia dan Thailand. Indonesia sendiri juga dinilai memiliki banyak investor dengan minat investasi berisiko tinggi, sehingga produk ini bakal menarik.
Lagi pula, produk ini lebih aman dibanding produk berisiko lainnya yang akhir-akhir ini banyak diserbu investor Indonesia, seperti aset kripto dan NFT. Produk ini juga diawasi oleh OJK dan BEI, sehingga menjamin terhindarnya investor dari risiko-risiko terburuk di luar soal harga.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) selama 3 pekan terakhir konsisten bertahan di level market cap Rp1.000 triliun, milestone baru bagi emiten di pasar modal Indonesia. Dengan posisi tersebut, saham BBCA belum kehilangan potensi pertumbuhan lebih lanjut.
Naiknya market cap saham emiten berkode BBCA ini menjadi salah satu penopang bagi gerak indeks harga saham gabungan (IHSG) yang akhir-akhir ini juga kembali memecahkan rekor baru atau all time high. Kondisi ini membuktikan tingginya kepercayaan investor terhadap prospek pasar modal Indonesia.
Kenaikan harga saham BBCA erat terkait dengan kinerja keuangannya yang moncer. Namun, harganya yang sudah tinggi berpotensi memberikan ruang bagi koreksi dalam jangka pendek. Meski begitu, saham ini masih layak untuk dibeli.