Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Analis Sebut Persentase NAB Reksa Dana Terproteksi Turun Akibat Faktor Ini

Per Oktober 2021, NAB reksa dana terproteksi konvensional tercatat sebanyak Rp96,21 triliun yang merupakan 17,71 persen dari seluruh jenis NAB di Tanah Air. Persentase tersebut merupakan persentase terendah sepanjang tahun untuk reksa dana terproteksi.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Persentase nilai aktiva bersih (NAB) instrumen reksa dana terproteksi sepanjang tahun ini terpantau mengalami penurunan. Analis mengungkapkan hal tersebut berkaitan dengan kondisi saat ini.

Terlepas dari itu disebutkan, reksa dana terproteksi masih bisa menjadi pilihan diversifikasi investasi oleh para investor ritel.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dikutip Minggu (21/11/2021), persentase NAB reksa dana terproteksi baik yang konvensional maupun syariah terus mengalami penurunan.

Per Oktober 2021, NAB reksa dana terproteksi konvensional tercatat sebanyak Rp96,21 triliun yang merupakan 17,71 persen dari seluruh jenis NAB di Tanah Air. Persentase tersebut merupakan persentase terendah sepanjang tahun untuk reksa dana terproteksi.

Sementara persentase tertinggi terjadi pada Juni 2021, yaitu sebanyak 19,28 persen dengan NAB sebesar Rp101,15 triliun. Lalu untuk nilai NAB tertinggi instrumen reksa dana terproteksi terdapat pada awal tahun 2021, yaitu Januari sebesar Rp107,05 triliun.

Sama halnya dengan NAB reksa dana terproteksi syariah, di mana pada Oktober 2021 persentasenya sebesar 0,26 persen dengan NAB sebanyak Rp1,44 triliun.

Penurunan drastis NAB reksa dana syariah sendiri sudah mulai terlihat pada Mei 2021 yang turun menjadi 0,27 persen sementara pada bulan sebelumnya berkontribusi sebesar 6,75 persen dari total NAB.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan pemberian keringanan Pajak Penghasilan (PPh) bunga obligasi menjadi salah satu penyebab menurunnya dana kelolaan reksa dana terproteksi.

“Dari sisi dana kelolaan menurun cukup signifikan karena insentif pajak obligasi yang hilang dan juga penerbitan obligasi baru berkurang terkait pandemi Covid-19,” jelas Wawan kepada Bisnis, Sabtu (21/11/2021).

Oleh karena itu Wawan mengungkapkan, bagi investor institusi produk reksa dana terproteksi saat ini kurang menarik karena produk reksa dana tidak memiliki keunggulan insentif pajak lagi.

Namun, menurutnya, bagi investor ritel, produk reksa dana terproteksi masih menarik karena memiliki keunggulan pembelian nominal yang lebih kecil untuk obligasi.

“Masih menarik untuk investor ritel karena untuk membeli SUN misalnya minimal Rp1 miliar rupiah, dengan reksa dana terproteksi hal ini bisa teratasi,” ungkapnya.

Meski demikian, Wawan mengingatkan untuk para investor bahwa berbeda dengan reksa dana pasar uang, reksa dana terproteksi tidak likuid karena dana perlu ditahan hingga jatuh tempo. Menurutnya ketika ingin melakukan diversifikasi dengan menginginkan likuiditas, maka investor disarankan untuk berinvestasi pada produk reksa dana pendapatan tetap.

Produk reksa dana terproteksi jelasnya cocok untuk investor yang memang dananya belum akan digunakan hingga waktu jatuh tempo reksa dana terproteksi tersebut.

Memilih reksa dana terproteksi, menurut Wawan perlu memperhatikan isi dari portofolio produknya. Hal tersebut dikarenakan, sebelumnya sempat terjadi beberapa kasus di mana asetnya gagal bayar.

“Idealnya membeli reksa dana terproteksi yang isinya SUN adalah yang paling aman, atau untuk korporasi sebaiknya yang ratingnya di atas A. Untuk mengejar return memang bisa dengan obligasi A atau BBB, tetapi dengan risiko yang lebih besar,” tutup Wawan.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper