Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perusahaan Milik Konglomerat Ramai IPO, Bagaimana Dampaknya?

Jika tujuan IPO perusahaan milik konglomerasi benar-benar ingin mencari dana segar, maka nilai IPO pasti besar.
Pengunjung melihat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/8/2020). Pada penutupan perdagangan awal pekan, IHSG ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung melihat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/8/2020). Pada penutupan perdagangan awal pekan, IHSG ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Pasar modal dalam negeri tengah diramaikan sejumlah aksi perusahaan keluarga yang siap mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia.

Terbaru, PT Bank Multiarta Sentosa (Bank Mas) dijadwalkan melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Juni ini.

Salah satu entitas grup Wings itu akan melepas 186,18 juta saham baru dengan kisaran harga penawaran yang cukup premium di kisaran Rp3.000 hingga Rp4.000. Dengan demikian, Bank Mas berpotensi meraup dana segar sebanyak-banyaknya Rp774,706 miliar.

Selain itu, salah satu entitas grup Rajawali di bidang pertambangan mineral, PT Archi Indonesia, juga berencana IPO pada Juni 2021 dengan melepas sebanyak-banyaknya 4,9 miliar saham.

Saham itu akan ditawarkan dengan harga penawaran berkisar Rp750 hingga Rp800 per saham, sehingga perseroan berpotensi menggalang dana sebanyak-banyaknya Rp3,97 triliun. Aksi IPO itu pun diyakini menjadi yang terbesar dalam 3 tahun terakhir.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan bahwa aksi IPO apapun akan selalu membawa dampak yang positif bagi pasar modal dalam negeri. Apalagi, jika yang ditawarkan oleh calon emiten memiliki nilai yang cukup jumbo.

Namun, terkait sejumlah perusahaan keluarga konglomerasi yang mulai melantai di bursa, dia menilai dampaknya akan sesuai dengan tujuan perusahaan grup masing-masing.

“Jika tujuannya memang benar-benar ingin mencari dana segar, maka nilai IPO pasti besar, tetapi jika langkah IPO hanya untuk ala kadarnya mungkin hanya akan melepas 10 -15 persen saja, tidak benar-benar untuk publik,” ujar Wawan kepada Bisnis, Senin (7/6/2021).

Wawan menjelaskan, menjadi perusahaan publik akan mempermudah penjualan perusahaan karena pajak transaksi saham di bursa jauh lebih murah dibandingkan dengan jual beli langsung.

Dengan demikian, terdapat sejumlah perusahaan keluarga yang memutuskan untuk melantai di bursa semisal jika perusahaan itu ingin diwariskan ke keluarga.

Terkecuali untuk perusahaan keluarga di sektor perbankan, yang pada umumnya memang didorong untuk melakukan IPO sebagai langkah strategis jika membutuhkan dana segar untuk penyelamatan.

Adapun, Wawan menilai terdapat entitas perusahaan keluarga maupun konglomerasi yang belum berkeinginan melantai di bursa karena masih didukung penuh oleh perusahaan induk. Biasanya induk perusahaan ini memiliki keuangan solid maupun akses pembiayaan alternatif yang tidak kalah menarik.

Secara terpisah, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan bahwa dampak sejumlah perusahaan keluarga yang melantai di bursa akan bergantung dari seberapa besar nilai saham yang ditawarkan dan seberapa banyak jumlah lembar saham yang ditawarkan.

“Anggaplah market cap IHSG pada April kan ada Rp7.096 triliun. Nah, mereka [calon emiten perusahaan keluarga] berapa persennya dari nilai tersebut. Kalau misalkan, satu emiten menyumbang Rp1 triliun ke atas mungkin baru terasa besar dampaknya,” ujar Reza kepada Bisnis, Senin (7/6/2021).

Dia menilai entitas perusahaan keluarga maupun konglomerasi yang belum berkeinginan IPO kemungkinan karena merasa dana internal masih mencukupi untuk ekspansi.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper