Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk. mengatakan tengah menyiapkan proses pengajuan restrukturisasi utang perseroan.
Corporate Secretary Sri Rejeki Isman Welly Salam mengatakan perseroan tengah melakukan diskusi dan pengkajian dengan Financial Advisor dan Legal Advisor dalam proses pelunasan pinjaman sindikasi.
“Kami juga memastikan bahwa hingga saat ini, perusahaan masih memenuhi financial covenant yang diberikan oleh setiap kreditur perseroan berdasarkan lapkeu per 31 Desember 2020,” ungkap Welly dalam keterbukaan, Kamis (15/4/2021).
Dilansir dari Bloomberg, emiten dengan kode saham SRIL ini berencana menunda pembayaran utang sampai menyerahkan rencana restrukturisasi kepada kreditur. Menurut sumber yang mengetahui persoalan ini, rencana tersebut akan diserahkan mulai 9 Agustus 2021.
Head of Corporate Communication SRIL Joy Citradewi mengatakan bahwa perseroan sedang mempersiapkan proposal restrukturisasi utang, namun tidak memberikan penjelasan lebih lanjut kepada Bloomberg.
Seperti diketahui, perusahaan yang dikenal sebagai Sritex itu telah mencoba untuk memperpanjang jatuh tempo pinjaman dolar selama dua tahun hingga Januari 2024.
Baca Juga
Pinjaman tersebut diumumkan pada tahun 2019 dan memiliki ukuran kesepakatan sebesar US$350 juta, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Sritex mengatakan dalam pernyataan 22 Maret bahwa mereka berada dalam "posisi rentan" setelah lead arranger dan bookrunner yang diamanatkan memutuskan untuk menunda penandatanganan perpanjangan pinjaman, yang dijadwalkan pada 19 Maret, karena kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pada awal bulan ini, perseroan mengatakan bahwa mereka menunjuk Helios Capital Asia dan Assegaf Hamzah & Partners sebagai perwakilan dalam proses restrukturisasi utang.
Sementara itu terkait dengan kasus suap pengadaan bantuan sosial, Welly mengatakan perseroan akan menghormati seluruh proses hukum yang berjalan dan berlaku sesuai dengan prosedur.