Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk., berencana mengemisi obligasi valas sebanyak-banyaknya hingga US$325 juta atau setara Rp4,6 triliun dengan asumsi kurs Jisdor Senin (11/1/2021) Rp14.155 per dolar AS.
Corporate Communication Sri Rejeki Isman Joy Citradewi mengatakan bahwa perseroan berencana menerbitkan surat utang baru dalam denominasi mata uang dolar AS dalam jumlah pokok sebanyaknya-banyaknya US$325 juta.
“[Terkait waktu penerbitan] nanti lihat perkembangannya,” ujar Joy kepada Bisnis, Senin (11/1/2021).
Mengutip keterbukaan informasi perseroan di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), obligasi valas itu nantinya akan dijamin entitas anak usaha perseroan, yaitu oleh PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya.
Obligasi global itu akan diterbitkan dan dicatatkan di Bursa Efek Singapura dengan detail kupon dan tenor yang belum dijelaskan secara detail oleh perseroan.
Emiten berkode saham SRIL itu juga belum menjelaskan secara detil rencana penggunaan dana dari hasil penerbitan obligasi tersebut.
Adapun, hingga kuartal III/2020 SRIL berhasil mencetak pertumbuhan tipis 1,34 persen terhadap kinerja penjualan menjadi sebesar US$907,11 juta, dibandingkan dengan perolehan kuartal III/2019 sebesar US$895,07 juta.
Selain itu, SRIL juga berhasil mencetak pertumbuhan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar 103,93 persen secara year on year menjadi US$78,89 juta hingga kuartal III/2020.
Sementara itu, total liabilitas SRIL per 30 September 2020 berada di posisi US$1,08 miliar, naik dari posisi 31 Desember 2019 sebesar US$966,58 juta. Total aset SRIL per akhir September 2020 di posisi US$1,74 miliar, naik dari posisi akhir Desember 2019 sebesar US$1,55 miliar.
Di sisi lain, Moody's Investors Service menurunkan peringkat corporate family rating (CFR) Sri Rejeki Isman atau Sritex menjadi B1 dari sebelumnya Ba3 pada 23 Desember 2020.
Moody's pun menurunkan peringkat ke B1 dari peringkat Ba3 pada surat utang senior tanpa jaminan senilai US$150 juta yang jatuh tempo pada tahun 2024, yang diterbitkan oleh GoldenLegacy Pte. Ltd.
Moody's juga memangkas peringkat surat utang senior tanpa jaminan senilai US$225 juta yang jatuh tempo pada tahun 2025, yang diterbitkan oleh Sritex dan dijamin tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali oleh semua anak perusahaan yang beroperasi. Prospek atas semua peringkat tetap negatif.
"Penurunan peringkat terutama mencerminkan melemahnya posisi likuiditas dan struktur hutang Sritex, di tengah ketergantungan yang meningkat pada pendanaan jangka pendek untuk mendukung modal kerja yang berarti dan persyaratan operasional lainnya," kata Stephanie Cheong, Analis Moody.
Selain itu, Cheong menjelaskan prospek negatif mencerminkan risiko pembiayaan kembali gedung yang terkait dengan pinjaman sindikasi Sritex senilai US$350 juta yang jatuh tempo Januari 2022 di tengah kondisi pasar yang sulit.
Mengingat prospek negatif, peningkatan tidak mungkin terjadi dalam 12-18 bulan ke depan. Namun demikian, prospek dapat kembali stabil jika Sritex mampu memperbaiki likuiditas dan struktur utangnya secara material selama 12 bulan ke depan.