Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga pemeringkat Moody's Investor Service menyematkan peringkat Baa2 untuk obligasi yang Indonesia berdenominasi dolar Amerika Serikat dan Euro.
Berdasarkan keterangan resmi Moody's, Selasa (5/1/2021), obligasi tersebut bakal diterbitkan tanpa jaminan dengan tenor hingga 50 tahun. Penerbitan obligasi tersebut merupakan bagian dari program penerbitan obligasi berkelanjutan senilai US$10 miliar yang diajukan ke Securities and Exchange Commission (SEC) di AS.
Surat utang yang diterbitkan tersebut bakal digunakan untuk membiayai anggaran negara, termasuk untuk penanganan virus corona (Covid-19).Peringkat Baa2 disematkan dengan landasan kebijakan makro Indonesia yang berorientasi pada ketahanan terhadap guncangan.
Peringkat tersebut juga didukung defisit fiskal yang kecil dan rasio utang pemerintah yang rendah. Skala ekonomi dan pertumbuhan yang sehat serta stabil juga mendukung prospek kredit Indonesia.
Namun, Moody's menilai di sisi lain terdapat tantangan berupa penerimaan pendapatan yang rendah dan ketergantungan terhadap pendanaan eksternal. Prospek penerimaan rendah karena virus corona telah memukul ekonomi terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Moody's menilai, kendati transaksi berjalan dan defisit anggaran Indonesia rendah, ketergantungan terhadap utang luar negeri bakal menjadi beban di kemudian hari. Investasi asing yang cukup besar di portofolio membuat Indonesia rentan terhadap fluktuasi arus modal asing.
Baca Juga
Sebelumnya, Kementerian Keuangan menargetkan dapat menghimpun dana sebesar Rp342 triliun dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) pada kuartal I/2021.
Berdasarkan kalender penerbitan SBN yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang kuartal I/2021, pemerintah akan melakukan 13 kali lelang SUN.
Pemerintah menargetkan utang baru pada tahun 2021 sebesar Rp 1.177,4 triliun. Sebagian besar utang tersebut didapat melalui penerbitan SBN sebesar Rp1.207,3 triliun. Adapun total utang pemerintah hingga akhir November 2020 telah mencapai Rp5.910,64 triliun, atau naik Rp32,93 triliun dari bulan sebelumnya sebesar Rp5.877,71 triliun.