Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Demo Omnibus Law Terus Berlangsung, Ini Proyeksi Rupiah Terhadap Dolar

Omnibus Law UU Cipta Kerja akan menjadi sentimen internal utama yang memengaruhi pergerakan rupiah terhadap dolar AS pekan depan.
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Meskipun demo penolakan Omnibus Law UU Cipta Kerja terus berlangsung, mata uang rupiah terhadap dolar AS masih berpotensi menguat pada pekan depan.

Pada perdagangan Jumat (16/10/2020), rupiah ditutup di level Rp14.698 per dolar Amerika Serikat (AS). Posisi itu melemah 8 poin atau 0,05 persen dari sesi sebelumnya. Kurs Jisdor melemah 6 poin dibandingkan dengan posisi Kamis (15/10/2020) di level Rp14.760.

Adapun, indeks dolar yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama harus terkoreksi 0,19 persen ke level 93,682.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan dari sisi eksternal, pergerakan dolar AS yang memengaruhi rupiah, dipicu oleh langkah Presiden AS  Donald Trump yang pada hari Kamis menawarkan untuk menaikkan nilai paket stimulus menjadi US$1,8 triliun.

Namun, tawaran Trump ditolak oleh Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell, yang khawatir Partai Republik tidak akan menyetujui kenaikan harga.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin juga memberi tahu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nancy Pelosi pada hari yang sama bahwa Trump secara pribadi akan melobi untuk meminta Senat Republik yang enggan berada di balik kesepakatan apa pun yang dicapai. 

"Namun, investor terus meragukan kesepakatan yang terwujud sebelum pemilihan presiden 3 November," papar Ibrahim, Jumat (16/10/2020).

Sementara itu, hingga Jumat para mahasiswa, melakukan demonstrasi di Istana Merdeka. Tujuan dari demo tersebut ikut bersama-sama aktivis buruh dan masyarakat menyuarakan tentang penolakan terhadap Omnibus Law UU Cipta Kerja yang minggu sebelumnya disahkan oleh DPR.

Pemerintah harus terus melakukan sosialisasi tetang  pentingnya Omnibus Law Cipta Kerja karena, Indonesia memiliki sumber daya alam yang kaya. Dengan demikian, diperlukan sebuah regulasi yang tidak tumpang tindih guna mendatangkan investor dari luar.

"Maka diperlukan ketentuan yang memudahkan investasi dan kepastian berusaha," imbuhnya.

Bahkan sangat disayangkan kalau UU Ciptaker baru lahir di era sekarang. Seharusnya, UU sapu jagat ini sudah mulai diterbitkan di era Presiden Soeharto, karena sistem perundang-undangan yang diakui bersifat sektoral akan tetapi masalah nasional yang dihadapi multi aspek, multi dimensi dan multi disiplin keilmuan.

Secara bersamaan Bank Dunia ikut mengomentari Omnibus Law Cipta Kerja. Lembaga keuangan internasional itu menilai beleid sapu jagad tersebut merupakan upaya reformasi besar-besaran untuk menjadikan Indonesia lebih berdaya saing dan mendukung aspirasi jangka panjang bangsa untuk menjadi masyarakat yang sejahtera.

Penghapusan pembatasan yang berat pada investasi menandakan bahwa Indonesia terbuka untuk bisnis. Dengan demikian, beleid tersebut dinilai dapat membantu menarik investor, menciptakan lapangan kerja dan membantu Indonesia memerangi kemiskinan.

Dalam perdagangan akhir pekan ini, mata uang rupiah ditutup melemah walaupun pada sesi pagi sempat melemah 40 poin. Dalam perdagangan minggu depan tepatnya, hari Senin (19/10/2020), mata uang rupiah kemungkinan akan dibuka melemah walaupun sesi akhirnya ditutup menguat sebesar 5-40 poin di level Rp14.690 - Rp14.730 per dolar AS. 

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan demonstrasi yang ricuh sempat memberikan sentimen negatif terhadap rupiah. Akan tetapi, apabila demo terkendali maka tidak berpengaruh negatif ke rupiah.

“Pasar masih mewaspadai aksi demonstrasi yang masih berlangsung ini dan kelanjutan penolakan omnibus law,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (16/10/2020).

Dari eksternal, lanjut Ariston, isu paket stimulus AS juga memberi tekanan dan sentimen positif ke rupiah sepanjang pekan ini. Pembicaraan sempat diharapkan akan menemui kesepakatan yang mendorong pelemahan dolar AS dan penguatan nilai tukar berisiko termasuk rupiah.

Sampai saat ini, dia menyebut pasar masih menunggu kelanjutan pembicaraan. Dolar AS bisa melemah dan memberi keuntungan untuk rupiah jika ada ekspektasi stimulus akan keluar sebelum pemilu.

“Pekan depan dengan kedua isu di atas, rupiah mungkin masih akan bergerak di kisaran Rp14.600-Rp14.850,” imbuhnya.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper