Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah DIRE, Kini Giliran EBA Terdampak Pandemi

Dampak pandemi Covid-19 semakin meluas di industri investasi alternatif. Setelah membuat produk Dana Investasi Real Estat (DIRE) milik PT Ciptadana Asset Management akan dilikuidasi, kini giliran produk kontrak investasi kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) dari PT Mandiri Manajemen Investasi yang terancam gagal bayar.
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia bersiap melakukan penerbangan di Bandara internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara akhir pekan lalu (8/1/2017)./Bisnis-Dedi Gunawann
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia bersiap melakukan penerbangan di Bandara internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara akhir pekan lalu (8/1/2017)./Bisnis-Dedi Gunawann

Bisnis.com, JAKARTA — Dampak pandemi Covid-19 semakin meluas di industri investasi alternatif. Setelah membuat produk Dana Investasi Real Estat (DIRE) milik PT Ciptadana Asset Management akan dilikuidasi, kini giliran produk kontrak investasi kolektif Efek Beragun Aset (KIK—EBA) dari PT Mandiri Manajemen Investasi yang terancam gagal bayar.

Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama, menilai pandemi Covid-19 yang tidak terprediksi sebelumnya menjadi penyebab utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. menunda kewajiban terhadap pembayaran amortisasi pokok kedua EBA Mandiri GIAA01 – Surat Berharga Hak atas Pendapatan Penjualan Tiket Kelas A (MGIA01).

“Waktu EBA Garuda ini diterbitkan, itu dianggap super aman karena penjualan tiketnya untuk keberangkatan haji. Garuda Indonesia kan setiap tahun pasti ada memberangkatkan jamaah haji,” jelas Wawan, Senin (27/7/2020).

Namun, mewabahnya Covid-19 sejak awal tahun mendorong pemerintah untuk melakukan pembatasan sosial. Untuk mengurangi perpindahan orang, pemerintah di beberapa daerah membatasi transportasi darat dan bahkan menutup akses transportasi laut dan udara. Hal itu pun membuat pendapatan Garuda Indonesia turun hingga 90 persen.

Untuk produk EBA lainnya, Wawan menilai prospek dan risikonya harus diukur berdasarkan underlying asset yang digunakan serta perusahaan yang menerbitkan.

Dirinya menilai untuk EBA yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan cashflow yang kuat masih aman untuk saat ini. Namun demikian, risiko terganggunya pemasukan perusahaan penerbit dari dampak Covid-19 tetap harus menjadi perhatian para investor.

“Kalau bicara tentang EBA ini tergantung kepada underlying asset-nya. Tidak berarti semua EBA itu jelek tahun ini,” tutur Wawan.

Adapun, beberapa EBA lainnya yang terdaftar di BEI memiliki aset dasar seperti tagihan kredit pensiunan, putang korporasi, KPR, piutang usaha, dan pendapatan jalan tol.

Untuk EBA dengan underlying asset KPR, Wawan menilai risikonya juga tengah meningkat karena ada potensi nasabah yang mengalami kesulitan untuk membayar KPR pada masa pandemi. Belum lagi, perbankan juga dihadapkan dengan ancaman tingginya tingkat kredit macet (non performing loan/NPL).

Dengan demikian, Wawan menyarankan kepada investor untuk terus mencermati keberlangsungan usaha dari emiten penerbit EBA, terutama dari sisi aliran kas perusahaan.

“Kalau tahun-tahun sebelumnya mungkin kita melihatnya adalah proyeksi pendapatan perusahaannya, tapi tahun ini lebih ke keberlangsungan usaha emiten,”ujar Wawan.

Adapun, investor yang memegang EBA disebut Wawan saat ini masih banyak dari kalangan institusi yang akan memegang sampai jatuh tempo (hold to maturity).

Sementara untuk penerbitan EBA, Wawan menyebut emiten telekomunikasi atau menara telko masih berpotensi untuk dapat menerbitkan produk investasi alternatif tersebut. Pasalnya, kedua sektor ini memiliki prospek keberlangsungan usaha di masa pandemi.

Di sisi lain, EBA dari sektor transportasi dan konstruksi diperkirakan bakal sulit diterima pasar setidaknya hingga dampak Pandemi terhadap sektor ril dapat diminimalisir.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper