Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekan Capex dan Opex, MNC Vision Setop Gelar Kabel Serat Optik

Sejak pertengahan 2019, MNC Vision telah membeli kapasitas dari penyedia layanan fiber optic lain karena belanja modal untuk menggelar jaringan optic sendiri sangat besar.
Direktur Utama PT MNC Vision Networks Tbk. (MVN) Ade Tjendra (tengah) berfoto bersama Direktur Hari Susanto (dari kiri), Direktur Independen Vera Tanamihardja, DIrektur Iris Wee Soo Lin dan DIrektur Anthony Chandra K usai acara Due Diligence Meeting dan Public Expose di Jakarta, Senin (17/6/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Direktur Utama PT MNC Vision Networks Tbk. (MVN) Ade Tjendra (tengah) berfoto bersama Direktur Hari Susanto (dari kiri), Direktur Independen Vera Tanamihardja, DIrektur Iris Wee Soo Lin dan DIrektur Anthony Chandra K usai acara Due Diligence Meeting dan Public Expose di Jakarta, Senin (17/6/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – PT MNC Vision Networks Tbk. (IPTV) mengaku akan lebih fokus menggenjot bisnis model baru dalam menumbuhkan bisnis broadband internet protocol televisi mereka.

Group Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan sejak pertengahan 2019 silam perseroan telah mengubah bisnis model mereka yakni berhenti menggelar kabel serat optic (fiber optic) dan memilih untuk membeli kapasitas dari penyedia layanan fiber optic lain.

Menurutnya, belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk menggelar jaringan optic sangat besar. Dia mencontohkan satu sambungan homepass membutuhkan capex US$200 sehingga jika perseroan menargetkan 1,5 juta homepass maka harus menyediakan sekitar US$3 juta.

“Tentunya sangat berat dari sisi cashflow, sehingga kami merombak bisnis model. Ini akan menjadi bisnis model yang akan dipush oleh MVN group supaya tetap bisa menumbuhkan bisnis broadband namun dengan biaya modal yang sangat minim.” ujarnya dalam public expose MNC Vision Networks, Selasa (28/7/2020)

Pun, dengan skema baru tersebut perseroan dapat memperlebar margin keuntungan. Hary mengatakan dengan membeli jaringan dari operator lain, perseroan hanya perlu mengeluarkan biaya operasional atau operating expense (opex) sekitar Rp130.000 per satu pelanggan per bulan.

“Jadi marginnya cukup bagus. Argonya [tarif belangganan] sama [seperti model bisnis lama] yakni Rp299.000 per bulan per pelanggan, tapi sekarang kami hanya perlu mengeluarkan rata-rata Rp130.000. itupun kami baru bayar [ke penyedia jaringan] kalau sudah dapat pelanggan,” terangnya.

Di sisi lain, dia melihat banyak pemain fiber optic dengan skala lebih kecil kesulitan menjual kapasitas broadband mereka secara maksimal karena tak memiliki konten sehingga hal tersebut dimanfaatkan perseroan yang memiliki lini bisnis penyedia konten.

Adapun sejauh ini perseroan telah bekerja sama dengan ICON+ milik PLN dan FiberStar milik Grup Salim. Pun, Hary menyebut tak semua operator bersedia melakukan kerja sama pembelian kapasitas jaringan.

“Contoh Indhome tidak mau menjual karena mereka punya jualan sendiri. Internetnya mereka jualan sendiri, IPTV-nya mereka jualan sendiri. Kemudian First Media juga jualan sendiri,” ungkapnya.

Untuk menyiasati hal tersebut, perseroan juga membuat terobosan baru yakni merilis satu segmen bisnis baru yakni menjual layanan IPTV saja dengan jenama Playbox by MNC Play untuk menangkap pasar yang telah diisi oleh penyedia layanan internet lain.

Hary optimistis dapat menjadi pemimpin pasar di segmen baru ini karena potensi pasarnya sangat besar apalagi dia memfokuskan layanan ini untuk menyasar pelanggan broadband besar yang memiliki basis yang cukup gemuk.

“Kita tahu jumlah homepass yang sudah ada internetnya itu 13 juta in total, jadi itulah potensi yang bisa ditembus oleh Playbox,” katanya.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper