Bisnis.com, JAKARTA — Peluang adanya penurunan suku bunga acuan dalam waktu dekat diyakini turut menjadi sentimen positif bagi emiten keluarga Badan Usaha Milik Negara di sektor perbankan dan konstruksi.
Dalam pemberitaan Bisnis.com sebelumnya, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menilai saat ini merupakan momen yang tepat untuk menurunkan suku bunga acuan. Hal senada juga diungkapkan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang telah melempar sinyal akan mengambil kebijakan ekonomi akomodatif.
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menjelaskan bahwa sektor properti akan sangat diuntungkan dengan penurunan suku bunga. Pasalnya, pembiayaan properti di dalam negeri 70% masih menggunakan dana perbankan.
Selain properti, sektor perbankan juga akan mendapat sentimen positif dari peningkatan penyaluran kredit. Kondisi itu dipicu naiknya animo melakukan pinjaman ke perbankan.
Alfred melihat bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang beririsan dengan properti dan pembiayaan kredit adalah bisnis anak usaha kontraktor pelat merah serta perbankan.
“Ekspektasi penurunan suku bunga berimbas kepada penurunan cost of fund dan BUMN terkhusus infrastruktur yang cukup masif dalam berekspansi dan banyak mengandalkan leverage tentu akan diringankan jika terjadi penurunan suku bunga, sehingga proyek atau bisnis yang akan digarap ke depan menjanjikan peningkatan margin,” jelasnya kepada Bisnis.com, Kamis (13/6/2019).
Baca Juga
Dia menilai kebijakan penurunan suku bunga tidak memberikan sentimen negatif. Pasalnya, langkah itu ditempuh untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang otomatits turut membawa emiten atau pelaku usaha untuk tumbuh.
Alfred mengatakan masih mempertahankan rekomendasi kepada emiten pelat merah di tiga sektor yakni perbankan, telekomunikasi, dan konstruksi. Secara khusus, dia menjadikan saham BMRI dan BBNI sebagai top picks di sektor perbankan dengan target harga masing-masing Rp9.140 dan Rp11.150.
Dari sektor telekomunikasi, pihaknya menjadikan TLKM sebagai top picks dengan target harga Rp4.330. Selanjutnya, saham WSKT menjadi pilihan dengan target harga Rp2.430.
Di lain pihak, Senior Manager Research Analyst Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menilai emiten BUMN di sektor jasa keuangan, konstruksi, properti, penerbangan, dan telekomunikasi memiliki prospek menarik. Penurunan suku bunga menurutnya akan menguntungkan semua sektor karena biaya dana lebih murah.
Untuk saham emiten keluarga pelat merah, Robertus menjadikan ADHI, GIAA, TLKM, dan BMRI sebagai top picks dengan target harga masing-masing Rp2.000, Rp550, Rp4.500, dan Rp9.000.
Sektor Konstruksi
Secara khusus untuk sektor konstruksi, analis Kresna Sekuritas Andreas Kristo Saragih menjelaskan bahwa penurunan suku bunga akan berdampak positif bagi para kontraktor pelat merah. Akan tetapi, impak turunnya suku bunga baru dirasakan untuk utang yang baru diterbitkan. “Saya rasa yang akan merasakan dampak terbesarnya yang memiliki leverage tinggi seperti WSKT dan ADHI,” tuturnya.
Secara terpisah, Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial menyebut sektor perbankan, konstruksi, serta properti paling akan merasakan keuntungan. Menurutnya, pinjaman akan tumbuh signifikan dengan adanya prospek penurunan suku bunga, khususnya sektor small medium enterprise dan proyek rumah murah pemerintah. “BBTN benefit the most,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com.
Lebih lanjut, Janson menyebut sektor konstruksi membutuhkan pembiayaan jangka panjang yang murah untuk mendanai proyek yang juga bersifat sama. Anak-anak kontraktor BUMN yang berhubungan dengan sektor properti akan menikmati keuntungan dari dampak peluang penurunan suku bunga.
“BBRI, BMRI, BBTN, BBNI, WSKT, dan PTPP menjadi top picks kami. Sektor perbankan paling konsisten pertumbuhan earnings-nya namun konstruksi yang prospek earnings akan lebih kencang tahun ini karena basis tahun kemarin turun,” imbuhnya.
Sementara itu, Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher Jordan menuturkan prospek sektor properti dan konstruksi cukup menarik seiring dengan adanya peluang penurunan suku bunga. Hal itu terutama untuk emiten yang memiliki utang terbilang tinggi.
Emiten dengan bunga utang floating, imbuh dia, otomatis akan mengalami penurunan. Dengan demikian, beban bunga yang dikeluarkan juga bisa turun.
Adapun, sektor properti dinilainya dapat menggenjot penjualan khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) karena suku bungnya berpeluang turun. “Saya rasa WIKA dan PTPP masih menarik,” jelasnya.
Seperti diketahui, mengacu kepada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN, saat ini terdapat 16 emiten yang berstatus Persero Tbk. atau induk usaha BUMN di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selanjutnya, terdapat 17 emiten lainnya berstatus anak usaha pelat merah atau yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh BUMN.
Dengan demikian, saat ini terdapat 33 emiten BUMN dan entitas anak di pasar modal Indonesia. Dari jumlah itu, sebanyak 19 perseroan masuk ke dalam anggota IDX BUMN 20.
Saat ini, terdapat 20 emiten yang menjadi anggota IDX BUMN20 periode Februari 2019—Juli 2019 yakni BBRI, BBNI, TLKM, BMRI, SMGR, PGAS, PTBA, JSMR, WSKT, BBTN, ANTM, BJBR, WIKA, PTPP, WSBP, TINS, PPRO, ADHI, WTON, dan ELSA.
Berdasarkan data Bloomberg, IDX BUMN20 bergerak positif melampaui indeks harga saham gabungan (IHSG) pada 2019. Sampai dengan periode berjalan, Kamis (13/6), pergerakan IDX BUMN20 telah menguat 4,23% sementara IHSG 1,27%.