Bisnis.com, JAKARTA - Harga kopi meningkat seiring dengan proyeksi berkurangnya ekspor Brasil.
Pada perdagangan penutupan perdagangan Senin (1/5/2017), harga kopi arabika di bursa ICE Newyork berada di level US$1,3485 per pon, naik 0,0245 poin atau 1,84%. Sepanjang tahun berjalan, harga menurun 4,13%.
Dalam waktu yang sama, harga kopi robusta di bursa ICE Eropa bertengger di posisi US$1.946 per ton, stagnan dari perdagangan sebelumnya. Sepanjang tahun berjalan, harga merosot 9,45%.
Rodrigo Costa, direktur perusahaan trader Comexim, menyampaikan ekspor kopi Brasil pada April 2017 mungkin kurang dari 2 juta kantong. Adapun, perhitungan satu kantong setara dengan 60 kilogram.
"Rebound harga kopi akan bergantung kepada volume penjualan dari produsen dan pemasok lainnya," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (2/3/2017).
Berkurangnya pengiriman terutama disebabkan berkurangnya pasokan, terutama dari wilayah selatan Santa Catarina.
Wahyu Tribowo Laksono, analis Central Capital Futures, mengatakan pasar kopi juga mengalami pemulihan suplai sehingga harga cenderung menurun. Mengutip data International Coffee Organisation (ICO), peningkatan produksi akan terjadi terhadap tanaman robusta dan arabika.
ICO mencatat, produsen di Uganda, Indonesia, Honduras, India, dan Peru - yang berkontribusi seperempat ekspor global - secara signifikan meningkatkan pengapalan pada awal musim 2016-2017.
Sementara itu, pada musim 2017-2018, Brasil dan Vietnam mengalami pemulihan produksi. Masing-masing negara merupakan pemasok arabika dan robusta terbesar di dunia.
Wahyu memprediksi, harga kopi arabika bergerak dalam rentang US$1,30-US$1,50 per pon sampai Juni 2017. Sementara harga robusta diperkirakan bergerak di dalam rentang US$2.000-US$2.300 per ton.
"Kecenderungan harga kopi mengalami koreksi terbatas dengan potensi rebound. Tapi masih akan rentan koreksi lagi," ujarnya.