Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ULASAN IHSG: Reformasi Pajak Trump Picu Profit Taking, Keputusan The Fed Jadi Fokus Pekan Ini

Pekan lalu merupakan pekan yang cukup singkat tetapi penuh sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG, baik dari dalam maupun luar negeri, baik yang negatif maupun positif.

Bisnis.com, JAKARTA - Pekan lalu merupakan pekan yang cukup singkat tetapi penuh sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG, baik dari dalam maupun luar negeri, baik yang negatif maupun positif.

Sentimen tersebut mulai dari pelaksanaan pilkada serentak hingga rencana pemangkasan pajak oleh Presiden AS Donald Trump.

Selain itu, pada pekan lalu Badan Pusat Statistik (BPS) juga merilis data neraca perdagangan serta Bank Indonesia yang mengumumkan kebijakannya terkait suku bunga acuan.

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Januari 2017 membukukan surplus US$1,4 miliar, terbesar sejak 2012. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan total nilai ekspor Januari mencapai US$13,38 miliar dan impor US$11,98 miliar.

Video Infografis: Menanti Janji Kampanye Donald Trump

Adapun Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada 14-16 Februari memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan, BI 7-Day Repo Rate, di level 4,75%. Selain itu, bank sentral menetapkan menetapkan suku bunga fasilitas deposito pada 4% dan suku bunga fasilitas kredit 5,5%.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan kajian dari RDG BI menyimpulkan ekonomi Indonesia dalam keadaan terjaga dan ada kecenderungan membaik. Sikap BI ini juga sejalan dengan membaiknya ekonomi global. Dengan dasar itu, Agus menegaskan bank sentral siap menghadapi kenaikan suku bunga AS.

ULASAN IHSG: Reformasi Pajak Trump Picu Profit Taking, Keputusan The Fed Jadi Fokus Pekan Ini

Untuk pergerakan IHSG, berdasarkan data BEI yang dikutip Bisnis Senin (20/2/2017), indeks tercatat turun 0,39% sepanjang pekan lalu yakni ditutup pada level 5.350,93 pada Jumat (17/2/2017), dari posisi 5.371,67 pada akhir pekan sebelumnya, Jumat (10/2/2017).

Seiring dengan penurunan IHSG, nilai kapitalisasi pasar BEI juga turun 0,39% menjadi Rp5.811,24 triliun dari Rp5.834,13 triliun.

Rata-rata nilai transaksi harian saham pun tercatat turun 3,23% menjadi Rp8,37 triliun, rata-rata volume transaksi harian lebih rendah 18,87% menjadi 22,10 miliar unit saham, dan rata-rata frekuensi turun 0,25% menjadi 409,10 ribu kali transaksi.

Sementara itu investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) sebanyak Rp975 miliar sepanjang pekan lalu. Dari empat hari perdagangan, investor asing terpantau melakukan aksi beli bersih (net buy)hanya pada awal pekan.

Dari sisi pergerakan indeks sektoral, hanya dua dari 10 indeks yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang menguat sepanjang pekan lalu yakni industri dasar dan kimia yang naik 0,27% dan finansial yang naik 0,37%.

Adapun delapan indeks sektoral lainnya me;emah dengan agribisnis paling tertekan dengan turun 2,55% diikuti pertambangan 1,17%.

ULASAN IHSG: Reformasi Pajak Trump Picu Profit Taking, Keputusan The Fed Jadi Fokus Pekan Ini

Pekan lalu menjadi hari perdagangan yang cukup singkat karena Presiden Joko Widodo pada Jumat (10/2/2017) mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) yang menetapkan hari pencoblosan Pilkada serentak di 101 daerah pada 15 Februari 2017 sebagai libur nasional.

Sejumlah analis menyatakan pilkada serentak menjadi salah satu sorotan pelaku pasar. Berdasarkan catatan Bisnis, Robert Endi Jaweng, Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), menilai hal yang paling dibutuhkan pengusaha untuk menarik investasi adalah kepastian iklim usaha. Oleh karena itu, visi bisnis kepala daerah dan penempatan para profesional atau pembantunya yang duduk di dalam kursi pemerintahan sangat diperlukan.

Adapun dari global, implementasi kebijakan reformasi pajak oleh Trump memberi sentimen terhadap pergerakan IHSG. Tim Riset Sinarmas Sekuritas mengatakan pergerakan indeks yang cenderung melemah pada pekan lalu terjadi di tengah ketidakpastian mengenai implementasi kebijakan pemotongan pajak oleh Trump yang menyebabkan aksi profit-taking terhadap kekhawatiran tersebut. Disamping itu, the FED AS berindikasi “hawkish” dalam menaikkan suku bunga.

Seperti diketahui, Presiden Amerika Serikat Donald Trump segera merealisasikan reformasi pajak paling ambisius setelah era Ronald Reagan dalam beberapa pekan ke depan.

Seusai bertemu dengan para pejabat eksekutif industri penerbangan AS di Gedung Putih pada Kamis (9/2) waktu setempat, Trump menjanjikan reformasi perpajakan yang akan memberikan keuntungan bagi para pebisnis.

Juru bicara Gedung Putih Sean Spicer mengatakan, reformasi perpajakan tersebut akan mencakup pemangkasan tarif bagi bisnis maupun individu. Proposal reformasi pajak itu akan diajukan ke Kongres AS untuk mendapat persetujuan dari anggota dewan.

Dalam undang-undang AS, hanya Kongres AS yang berhak merombak aturan perpajakan. Dalam hal ini, eksekutif hanya berhak mengajukan usulan. Adapun, undang-undang perpajakan belum pernah mengalami perombakan masif sejak 1986, atau saat UU Pajak 1986 dibuat.

ULASAN IHSG: Reformasi Pajak Trump Picu Profit Taking, Keputusan The Fed Jadi Fokus Pekan Ini

Adapun pada pekan ini, salah satu sentimen yang akan menggerakan pasar saham adalah hasil keputusan pertemuan FOMC di AS terkait kebijakan suku bunga AS. Seperti diketahui, investor secara global menanti pernyataan Janet Yellen dalam pertemuan the Fed akan digelar pada Selasa dan Rabu pekan ini (21-22 Februari 2017).

Selain soal FOMC, Analis Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan ada beberapa sentimen yang menjadi sorotan pasar global pada pada pekan ini a.l tingkat kepercayaan konsumen, indeks kinerja sektor manufkatur di Eropa serta aksi tunggu investor terhadap hasil pertemuan FOMC di AS guna melihat prospek suku bunga AS. Tingkat inflasi di negara-negara Eropa pun ikut menjadi perhatian serta stoke persediaan minyak di AS pada minggu depan.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper