Bisnis.com, JAKARTA—Tembaga terus mengalami penurunan pada perdagangan Rabu (30/3/2016).
Komoditas logam tersebut diperdagangkan menurun 0,90% atau 2,0 poin ke US$219,40 per pon pada pukul 10.37 WIB setelah dibuka naik 0,11% di harga US$221,15 per pon.
Rasa pesimisme datang setelah tembaga naik 4,1% sejak Desember menjadi US$4.899,50 per metrik ton di London. Adanya harga rebound pun karena ada tanda-tanda penambang memotong kembali produksi, disisi lain belum menunjukkan banyak perbaikan.
Pekan lalu, tembaga drop ke harga US$4,000 per metrik ton, dari harga sebelumnya US$4.945 di London, menurut laporan Barclays tanggal 28 Maret. Komoditas beresiko mengalami penurunan tajam karena investor terburu-buru untuk keluar.
Direktur Riset Tembaga CRU Vanessa Davidson mengatakan dirinya tidak merasa ada permintaan riil dari China, pembeli logam terbesar di dunia, sebagai pengguna akhir yang menyerap cukup tinggi.
Menurut CRU, konsumsi tembaga China akan meningkat 0,6% tahun ini, merupakan peningkatan paling lambat sejak 2006, karena permintaan dari penurunan industri perumahan. Sementara pemotongan pasokan akan menyebabkan defisit kecil di pasar tembaga untuk 2016.
"Orang-orang menunggu tanda-tanda nyata dari permintaan China yang lepas landas," kata Davidson seperti dikutip Bloomberg.
Pergerakan tembaga di Comex Comodity Exchange pada kontrak Mei 2016:
Tanggal | Level | Perubahan |
30/3/2016 (Pukul 10.37 WIB) | 219,40 | -0,90% |
29/3/2016 | 221,40 | -1,42% |
28/3/2016 | 224,60 | +0,76% |
24/3/2016 | 222,90 | -0,29% |
23/3/2016 | 223,55 | -2,36% |
Sumber: Bloomberg