Bisnis.com, JAKARTA--Harga bijih besi menurun dalam 6 sesi perdagangan berturut-turut akibat masih berlebihnya pasokan global.
Sejak 10 Maret, harga terus merosot setelah mengalami kenaikan sekitar 36% sepanjang tahun berjalan 2016 atau tertinggi sejak Juni 2015. Pada perdagangan kemarin (16/3) harga bijih besi untuk kontrak Mei 2016 turun 4 poin atau 1,11% ke level US$63,71 per ton.
Chief Executive BHP Billiton Andrew Mackenzie sebagai penambang bijih besi terbesar di dunia menuturkan, berlebihnya pasokan membuat harga cenderung bearish dalam jangka waktu panjang. Bahkan, harga bahan baku baja tersebut berpotensi lebih anjlok dibandingkan komoditas lainnya pada 2016.
Bank Dunia dalam Commodity Market Outlook January 2016 memproyeksikan harga logam secara keseluruhan dapat terkoreksi 10%. Hal terebut terjadi akibat menurunnya permintaan pasar negara berkembang, khususnya China, dan peningkatan kapasitas produksi yang baru.
Harga bijih besi menurun paling tajam sekitar 25%, karena berkurangnya impor dari produsen baja di Negeri Panda dan adanya pasokan baru di Australia dan Brazil. Penurunan nilai jual diikuti nikel sebanyak 16% dan tembaga sebesar 9%.
Walaupun begitu, dengan pengetatan belanja modal para produsen tetap akan melakukan produksi untuk menjaring laba. Menurut Mackenzie, faktor utama yang membuat suplai masih melebihi pertumbuhan permintaan ialah langkah ekonomi China, sebagai konsumen bijih besi terbesar di dunia, yang bergeser dari industri berat.
"Karena itu kami pikir berlebihnya pasokan bakal menekan harga lebih rendah dari posisi saat ini," tuturnya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (16/3/2016).
Data dari National Bureau of Statistics of China (Biro Statistik Nasional China) menunjukkan produksi baja mentah periode Januari-Februari 2016 jatuh 5,7% secara year-on-year/ yoy menjadi 121,1 juta ton. Sentimen tersebut juga didorong oleh anjloknya penambangan batu bara matang sebagai bahan kunci pembuatan baja.
China menyumbang hampir setengah pasokan baja dunia, tetapi pabrik dalam negeri sedang mengalami tekanan berat dan berencana memangkas produksi akibat melemahnya permintaan. Tahun lalu, tingkat produksi turun pertama kalinya sejak 1981.
World Steel Association (Asosiasi Baja Dunia) mencatat produksi baja mentah dari 66 negara pada Januari 2016 turun 7,1% secara yoy menjadi 128 juta ton. Negeri Tembok Raksasa memimpin pelemahan produksi sebesar 7,8% secara tahunan menuju level 63,2 juta ton.
Harga Bijih Besi Kian Tertekan Akibat Melimpahnya Pasokan
Harga bijih besi menurun dalam 6 sesi perdagangan berturut-turut akibat masih berlebihnya pasokan global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Hafiyyan
Editor : Mia Chitra Dinisari
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
2 jam yang lalu