Bisnis.com, CHICAGO--Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih rendah pada Sabtu pagi WIB karena dolar AS menguat terhadap euro.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Februari turun 8,1 dolar AS atau 0,62% menjadi menetap di 1.292,60 dolar AS per ounce.
Emas berada di bawah tekanan karena euro mencapai tingkat terendah 11-tahun terhadap dolar pada Jumat setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengumumkan menggunakan pembelian obligasi untuk menambahkan satu triliun euro ke dalam ekonomi zona euro.
Setelah 'rebound' (berbalik naik) pada Kamis (22/1), harga emas telah mengupas beberapa keuntungannya karena investor fokus pada dampak dari mata uang AS yang lebih kuat, yang membuat aset-aset dalam mata uang dolar lebih mahal, beberapa analis mencatat.
Para analis mengatakan para pedagang cenderung mengikuti dengan cermat pemilu di Yunani pada Minggu (25/1), bersama dengan pertemuan kebijakan bank sentral AS pada 27-28 Januari.
Emas ditempatkan di bawah tekanan lebih lanjut oleh laporan Departemen Perdagangan AS yang menunjukkan penjualan 'existing home' (rumah yang sebelumnya telah dimiliki atau rumah yang sudah dibangun sebelumnya selama satu bulan yang dikenal juga dengan 'home resales') pada Desember meningkat 2,4% ke tingkat penjualan tahunan 5,04 juta unit.
Ini adalah tanda positif bagi perekonomian AS.
Perak untuk pengiriman Maret turun enam sen atau 0,33% menjadi ditutup pada 18,3 dolar AS per ounce.
Platinum untuk pengiriman April kehilangan 16,1 dolar AS atau 1,25% menjadi ditutup pada 1.268,70 dolar AS per ounce.
Dolar AS Menguat, Harga Emas Ambrol Lagi
Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih rendah pada Sabtu pagi WIB karena dolar AS menguat terhadap euro.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium