Bisnis.com, JAKARTA—Harga timah batangan bakal sulit menembus level US$26.000 per ton pada tahun ini seiring dengan perlambatan ekonomi sejumlah negara konsumen utama.
Padahal, pasokan timah global di perkirakan menipis akibat meningkatnya defisit cadangan. Rerata harga timah pada tahun ini diproyeksikan US$22.300 per ton, dari perkiraan semula US$21.500 per ton.
Pengamat komoditas tambang yang juga mantan peneliti di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI/ICDX) Ibrahim mengatakan kisaran harga timah batangan internasional ada di level US$21.000—US$24.000 per ton.
“Memang kemungkinan besar secara teknikal indikasi rata-ratanya di US$22.300,” katanya seperti dilaporkan Harian Bisnis Indonesia, Kamis (27/3/2014).
Meski demikian, pada kesempatan berbeda, Direktur PT Timah (Perseroan) Tbk. (TINS) Sukrisno meyakini harga timah batangan bisa menyentuh level US$26.000 per ton asalkan ekspor Indonesia dibatasi.
Menurutnya, menipisnya pasokan timah global bakal mengerek harga timah batangan tahun ini. Sukrisno memprediksi defisit cadangan timah batangan bakal meningkat dari 7.400 ton tahun lalu menjadi sekitar 20.000 sepanjang 2014.
Tahun ini, dia mengharapkan ekspor timah batangan dari Indonesia bisa ditekan hingga 60.000 ton—70.000 ton setahun. Volume tersebut turun sekitar 30%—40% dibandingkan dengan ekspor Indonesia pada 2012 sekitar 100.000 ton per tahun.
Adapun TINS bertekad membatasi volume ekspor timah antara 25.000 ton—28.000 ton tahun ini. “Namun harga timah US$26.000 ini kurang realistis. Kondisi pasar berbeda sekali,” katanya.
Dia lantas menguraikan meski Indonesia, sebagai negara eksportir timah batangan terbesar di dunia, mengerem ekspornya tetapi permintaan pasar juga melambat, terutama dari China.
Pasalnya, kata Ibrahim, dilihat dari sejumlah data ekonomi yang dirilis akhir-akhir ini pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu itu memang terdepresiasi.
Sementara itu pada perdagangan petang kemarin harga timah untuk pengiriman dalam 3 bulan di LME tercatat melonjak 1,2% menjadi US$23.200 per ton.