Bisnis.com, SINGAPURA--Harga minyak memperpanjang kenaikannya di perdagangan Asia pada Kamis (19/9/2013), setelah keputusan mengejutkan Federal Reserve AS untuk mempertahankan program stimulus agresifnya tidak berubah.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, bertambah 62 sen menjadi US$108,69 per barel di perdagangan sore, setelah melonjak US$2,65 pada Rabu (18/9/2013).
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November naik 30 sen menjadi US$110,90 per barel, setelah naik US$2,41 sehari sebelumnya.
Pasar telah memperkirakan penentu kebijakan bank sentral AS Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan mengurangi stimulusnya, program pembelian obligasi US$85 miliar per bulan.
Tetapi FOMC mengatakan bahwa meskipun ekonomi tampak sedang meningkat di tengah pemotongan pengeluaran pemerintah, pihaknya "memutuskan untuk menunggu lebih banyak bukti bahwa kemajuan akan berkelanjutan" sebelum memutuskan untuk memangkas paket stimulus.
"Minyak sedang booming," kata Victor Shum, direktur pelaksana konsultan energi IHS Purvin and Gertz di Singapura.
"The Fed telah memutuskan untuk melanjutkan program stimulus moneternya, sehingga telah meningkatkan pasar ekuitas dan komoditas global, dan tentu termasuk minyak berjangka di Asia," katanya kepada AFP.
Data menunjukkan penurunan dalam stok minyak mentah AS -- menunjukkan permintaan kuat di ekonomi terbesar dunia itu -- juga mendukung harga, Shum menambahkan.
"Persediaan minyak mentah AS turun lebih dari yang diperkirakan dan juga stok bahan bakar bensin serta solar menurun, jadi konsumsi minyak AS tampak sangat kuat," katanya.
Departemen Energi AS mengatakan persediaan minyak mentah AS jatuh 4,4 juta barel pada pekan lalu, lebih besar dari perkiraan 1,2 juta barel. (Antara/Reuters)
Harga Minyak Menguat di Pasar Asia, The Fed Pertahankan Stimulus
Bisnis.com, SINGAPURA--Harga minyak memperpanjang kenaikannya di perdagangan Asia pada Kamis (19/9/2013), setelah keputusan mengejutkan Federal Reserve AS untuk mempertahankan program stimulus agresifnya tidak berubah. Kontrak utama New York, minyak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
29 menit yang lalu
Tekanan Harga Batu Bara dari Banjir Produksi China
59 menit yang lalu
Emiten Farmasi Dibayangi Impak Depresiasi Mata Uang pada 2025
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
7 menit yang lalu
Organon Pharma (SCPI) Angkat Yeap Xin Yi Jadi Direktur Baru
23 menit yang lalu
Rupiah Kian Terperosok usai Pengumuman The Fed, Apa Langkah BI?
29 menit yang lalu