Bisnis.com, JAKARTA— Harga minyak sawit mentah (CPO) turun karena penurunan harga minyak mentah, sehingga mengurangi daya tarik minyak nabati sebagai bahan baku biofuel.
Nilai kontrak untuk pengiriman Oktober turun sebanyak 0,9% menjadi 2.250 ringgit (US$709) per ton di Bursa Malaysia Derivatives. Adapun nilai kontrak telah turun 5,4% dalam 2 minggu terakhir, mencapai 2.222 ringgit pada 16 Juli.
Harga tersebut adalah yang terendah untuk kontrak berjangka teraktif sejak 13 Desember. Sementara berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, harga sawit untuk pengiriman fisik setempat pada Agustus berada di 2.335 ringgit kemarin.
Joko Supriyono, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), mengatakan di Indonesia sendiri pasokan menjelang Lebaran tidak bermasalah, walaupun produksi sempat turun pada Juni.
“Harga yang naik dan turun bagi saya tidak bermasalah dan normal, selama hal itu tidak terjadi signifikan dan terus menerus,” katanya kepada Bisnis, Selasa (23/7).
Dia menambahkan, produksi Indonesia sendiri biasanya surplus 70% dan hal itu yang di ekspor ke luar negeri. Dari besaran tersebut, menurutnya konsumsi dalam negeri sebesar 30% dari produksi tak pernah terganggu.
Zulfirman Basir mengatakan, pada grafik harian, menunjukkan peluang penaikan bagi CPO untuk sementara waktu.
“Namun, penaikan bersifat koreksi dan terbatas. Sentimen bearish masih ada dengan CPO yang berada di dalam channel bearish, diperdagangkan di bawah rata-rata pergerakan 50 hingga 200 hari,” katanya, Selasa (23/7)
Menurutnya, komentar Wakil Perdana Menteri Cina yang isyaratkan pemerintah akan bertindak untuk mengatasi perlambatan ekonomi Cina juga dapat memberikan sentimen positif.
“Meski demikian, investor juga masih cemas dengan prospek melimpahnya suplai setelah Ramadan,” ujar Zulfirman.
Lebih lanjut, menurutnya outlook CPO masih bearish, namun waspadai aksi bargain-hunting seiring harga berada dekat level rendah 3 tahun.
“CPO mungkin akan bergerak sideways di kisaran 2.220 ringgit hinga 2.340 ringgit dalam beberapa hari mendatang,” jelasnya.
Adapun menurut Zulfirman, 2.302 ringgit dan 2.324 ringgit adalah level resisten. Sementara 2.245 ringgit dan 2.222 ringgit merupakan level support.
WTI Turun
Harga minyak mentah West Texas Intermediate turun, memperpanjang penurunan paling tajam kemarin di lebih dari seminggu karena data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan meningkatkan kekhawatiran bahwa pertumbuhan akan stagnan.
Sementara menurut Oil World, sebuah perusahaan riset yang berbasis di Hamburg, sebanyak 5,6 juta ton sawit digunakan untuk bahan bakar pada 2012.
James Ratnam, analis TA Securities Holdings Bhd di Kuala Lumpur mengatakan, ketika harga minyak mentah turun, penggunaan biodiesel dari sawit ikut turun.
"Permintaan masih belum kuat. Sementara ekspor juga lemah," ujarnya seperti dikutip di Bloomberg, Selasa (23/7).
Ekspor dari Malaysia, produsen terbesar di dunia setelah Indonesia, turun 13% menjadi 794.081 ton dalam 20 hari pertama pada Juli dari periode yang sama bulan lalu.
Thomas Mielke, direktur eksekutif peneliti Oil World di Hamburg mengatakan, produksi minyak sawit dapat meningkat dari Agustus hingga Oktober yang mengarah ke penumpukan stok di Malaysia, produsen terbesar kedua di dunia. Produksi biasanya naik ke level tertinggi dari Juli hingga Oktober setiap tahun.
Harga minyak kelapa sawit curah untuk pengiriman Januari naik 0,2% menjadi 5.628 yuan (US$917) per ton di Dalian Commodity Exchange.(Bloomberg)
Harga Minyak Sawit Turun, Terseret WTI
Bisnis.com, JAKARTA— Harga minyak sawit mentah (CPO) turun karena penurunan harga minyak mentah, sehingga mengurangi daya tarik minyak nabati sebagai bahan baku biofuel.Nilai kontrak untuk pengiriman Oktober turun sebanyak 0,9% menjadi 2.250 ringgit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Giras Pasopati
Editor : Bambang Supriyanto
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
1 jam yang lalu