BISNIS.COM, HONG KONG– PT Manulife Aset Manajemen Indonesia berencana menerbitkan dua produk reksa dana baru pada semester II/2013 sebagai bagian dari strategi menghimpun dana kelolaan hingga Rp48 triliun pada akhir 2013.
Putut Endro Andanawarih, Direktur Pengembangan Bisnis Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), mengatakan produk reksa dana baru tersebut akan menawarkan strategi investasi yang berbeda dibandingkan dengan produk reksa dana yang sudah ada sebelumnya.
Produk reksa dana tersebut, tuturnya, masih dalam proses kajian dan finalisasi, namun diharapkan dapat diluncurkan ke masyarakat pada semester II mendatang.
“Kami tidak mau membuat produk reksa dana yang punya strategi investasi yang sama dengan produk sebelumnya. Produk yang baru harus memiliki strategi investasi yang beda dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” ujarnya seusai menerima penghargaan Manajer Investasi Terbaik di Indonesia atau Fund House of The Year 2013 dari AsianInvestor, Sabtu (24/5/2013).
Putut masih enggan untuk memberikan rincian produk reksa dana baru tersebut. Namun, dia memberikan petunjuk reksa dana jenis ini sudah diterbitkan di negara lain, khususnya negara maju. “Tim kami belajar dari Kantor Regional Manulife di Hong Kong, Jepang dan lain-lain. Biasanya produk reksa dana yang diterbitkan di negara maju tidak lama lagi akan diterbitkan di Indonesia,” ujarnya.
Hingga April 2013, Manulife sudah menghimpun dana kelolaan (AUM) Rp44,5 triliun meningkat 9% dari akhir 2012. Kinerja selama 4 bulan tersebut sudah berhasil mencapai lebih dari separuh target tahun ini yang ditetapkan tumbuh 17% menjadi Rp48 triliun.
Sebagian besar AUM itu merupakan hasil kontrak pengelolaan dana (KPD) yang memiliki porsi 65%, Sementara sisanya adalah dana yang berasal dari reksa dana. Hingga April, perseroan telah menerbitkan 18 reksa dana yang didominasi oleh pendapatan tetap dan saham.
Legowo Kusumonegoro, Presiden Direktur MAMI, yakin target tersebut dapat tercapai. Apalagi target tersebut terhitung cukup konservatif dibandingkan kinerja penghimpunan AUM perseroan dalam 4 tahun terakhir yang tumbuh 31%.
Kinerja penghimpunan AUM dari MAMI tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan Manulife Regional Asia yang ada di 10 negara yang tercatat meningkat 27%. “Kami tidak terlalu mementingkan peningkatan AUM, namun yang lebih penting kepusaan dari nasabah. Kalau nasabah puas, AUM juga akan meningkat,” ujarnya.
Putut menambahkan peningkatan AUM juga akan dilakukan dengan menambah pemasaran melalui bank. Menurutnya, saat ini ada sekitar 5 bank yang telah meminta izin Bank Indonesia untuk memasarkan Manulife Saham SMC Plus Fund, reksa dana saham dengan underlying saham dengan kapitalisasi kecil dan menengah, yang diterbitkan Februari lalu.
Penerbitan produk baru dan penambahan distribusi melalui bank merupakan salah satu strategi perseroan untuk membuat kompisisi AUM lebih berimbang antara KPD dan reksa dana. “Kami berharap AUM bisa seimbang kompisisinya. Hal ini akan membuat tingkat kesehatan manajer investasi akan lebih baik,” ujarnya.
Putut menambahkan potensi penjualan produk reksa dana di Indonesia masih tinggi karena penetrasi masih rendah. Dia mencatat tingkat penetrasi reksa dana baru 0,2% dari total penduduk. "Hal ini menunjukan mayoritas orang Indonesia tidak mengetahui reksa dana sebagai pilihan produk investasi,” ujarnya.