BISNIS.COM, JAKARTA--Harga minyak kelapa sawit menanjak selama 4 hari di tengah spekulasi bahwa pengiriman dari Malaysia bisa turun. Hal itu terjadi setelah Indonesia, produsen terbesar di dunia, memotong pajak ekspor.
Nilai kontrak untuk pengiriman Juli turun sebanyak 1% menjadi 2.293 ringgit (US$757) per metrik ton di Bursa Malaysia Derivatives dan mengakhiri sesi pagi pada 2.296 ringgit di Kuala Lumpur. Nilai kontrak berjangka naik 0,9% pekan lalu, kemajuan pertama sejak 5 hari yang berakhir pada 22 Maret.
Bachrul Chairi, Dirjen Perdagangan Luar Negeri di Kementerian Perdagangan, mengatakan Indonesia memotong pajak ekspor minyak sawit mentah sampai 9% pada Mei dari 10,5% bulan ini. Sementara pajak ekspor Malaysia tidak berubah pada 4,5%.
Surveyor Societe Generale de Surveillance mengatakan ekspor dari Malaysia meningkat 2,7% menjadi 1,08 juta ton pada 25 hari pertama bulan ini dari periode yang sama pada bulan Maret.
Ker Chung Yang, seorang analis di Phillip Futures Pte. di Singapura mengatakan Malaysia bisa saja kalah dalam hal pajak ekspor. Jumlah ekspor untuk beberapa bulan ke depan akan menjadi tidak terlalu mengesankan. “Cerita tentang stok yang tinggi akan menghantui kita lagi," katanya.
Menurut data Dewan Minyak Sawit Malaysia cadangan telah turun 17% menjadi 2,17 juta ton pada Maret dari rekor 2,63 juta ton di bulan Desember.
Harga minyak kedelai untuk pengiriman Juli naik 0,5% menjadi 49,78 sen per pon di Chicago Board of Trade, sedangkan kedelai naik 0,4% menjadi US$13,865 per bushel. (if)