Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Melesat karena Stok AS Anjlok

Harga minyak dunia naik karena stok AS turun lebih dari perkiraan. Brent naik 1,2% ke US$68,05/barel, WTI naik 1,4% ke US$64,15/barel.
Kilang minyak Motiva di Port Arthur, Texas. / Bloomberg-Luke Sharrett
Kilang minyak Motiva di Port Arthur, Texas. / Bloomberg-Luke Sharrett

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak dunia menguat setelah data menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan. Investor juga tengah menimbang potensi dampak tarif baru Amerika Serikat (AS) terhadap India.

Melansir Reuters pada Kamis (28/8/2025) harga minyak berjangka jenis Brent naik 83 sen atau 1,2% menjadi US$68,05 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 90 sen atau 1,4% ke posisi US$64,15 per barel. Sehari sebelumnya, kedua harga minyak acuan itu anjlok lebih dari 2%.

Pergerakan harga minyak dipengaruhi oleh data stok minyak AS. Administrasi Informasi Energi AS (EIA) melaporkan persediaan minyak mentah AS turun 2,4 juta barel menjadi 418,3 juta barel pekan lalu. Angka tersebut lebih dalam dibandingkan perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan 1,9 juta barel.

Stok bensin AS susut 1,2 juta barel, lebih kecil dari ekspektasi penurunan 2,2 juta barel. Adapun persediaan distilat, termasuk solar dan minyak pemanas, berkurang 1,8 juta barel, berlawanan dengan perkiraan kenaikan 885.000 barel.

“Permintaan bensin yang meningkat mendukung harga, menunjukkan masyarakat bersiap melakukan perjalanan menjelang libur panjang Labor Day. Ini merupakan puncak musim berkendara musim panas, sekaligus momen terakhir penggunaan campuran bensin musim panas,” ujar Phil Flynn, analis senior Price Futures Group.

Dari sisi kebijakan, Presiden AS Donald Trump resmi menggandakan tarif impor dari India hingga 50% sebagai respons atas pembelian minyak Rusia oleh New Delhi. Tarif tersebut berlaku mulai Rabu (27/8/2025).

UBS menilai, meski belum ada gangguan pasokan, ketidakpastian apakah AS akan menargetkan aliran minyak India membuat sebagian pelaku pasar enggan membuka posisi baru.

Sementara itu, Kementerian Keuangan India dalam tinjauan ekonomi periode Juli yang dirilis Rabu menyebut dampak langsung tarif terhadap ekspor India memang terbatas, namun efek rambatannya ke perekonomian menimbulkan tantangan yang harus diatasi.

Di sisi geopolitik, ketegangan energi semakin meningkat. Rusia melancarkan serangan drone besar-besaran terhadap infrastruktur energi dan transportasi gas di enam wilayah Ukraina pada Rabu. Sebelumnya, Ukraina juga menyerang kilang minyak dan fasilitas ekspor Rusia.

Tiga sumber yang mengetahui persoalan menyebut Rusia menaikkan rencana ekspor minyak mentah dari pelabuhan barat sebesar 200.000 barel per hari pada Agustus, setelah kilang-kilangnya diserang pekan lalu.

Utusan khusus AS Steve Witkoff mengatakan akan bertemu dengan perwakilan Ukraina di New York pekan ini, sembari menyebut Washington juga tengah melakukan pembicaraan dengan Rusia untuk mengakhiri perang.

Sementara itu, Presiden Federal Reserve Bank of New York John Williams menyatakan suku bunga kemungkinan akan diturunkan pada suatu waktu, tetapi keputusan pemangkasan pada pertemuan 16—17 September masih bergantung pada data ekonomi terbaru.

Suku bunga yang lebih rendah dapat menekan biaya pinjaman konsumen, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan permintaan minyak.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro