Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayora (MYOR) Jaga Asa Pertumbuhan Di Tengah Lesu Daya Beli & Bahan Baku Mahal

Mayora Indah (MYOR) meracik sejumlah strategi, salah satunya penyesuaian harga jual untuk menjaga margin di tengah naiknya harga bahan baku.
Pengunjung melihat produk PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Rabu (14/6/2023).  JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pengunjung melihat produk PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Rabu (14/6/2023). JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Ringkasan Berita
  • PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) mengalami penurunan laba bersih 32,08% year on year pada paruh pertama 2025 meskipun penjualan meningkat 9,69% YoY.
  • Kenaikan harga bahan baku seperti kopi dan kakao menjadi tantangan utama, namun Mayora optimis mencapai target pendapatan Rp39,7 triliun dan laba bersih Rp3,1 triliun pada 2025.
  • Analis merekomendasikan buy untuk saham Mayora dengan proyeksi pertumbuhan pendapatan dua digit dan ekspektasi pemulihan margin di kuartal mendatang.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah tantangan daya beli masyarakat yang menghantui emiten-emiten konsumer, PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) optimis mampu membukukan pertumbuhan pendapatan hingga penghujung 2025.

Mengawali paruh pertama 2025, MYOR mencatatkan rapor merah. Laba bersih MYOR susut 32,08% year on year (YoY) menjadi Rp1,16 triliun pada periode Januari–Juni 2025, dibandingkan Rp1,71 triliun pada periode yang sama 2024.

Padahal, sepanjang periode ini, MYOR mampu mencatatkan penjualan yang meningkat 9,69% YoY dari Rp16,22 triliun menjadi Rp17,79 triliun pada periode paruh pertama 2025. Adapun peningkatan penjualan MYOR terjadi sejalan dengan peningkatan penjualan di sejumlah segmen perseroan.

Pada segmen makanan olahan dalam kemasan, MYOR mencatatkan kenaikan sebesar 8,00% YoY. Pada segmen ini, MYOR mencatatkan penjualan sebesar Rp10,48 triliun, naik dari Rp9,71 triliun pada periode yang sama 2024.

Selain itu, pada segmen minuman olahan dalam kemasan, MYOR mencatatkan penjualan sebesar Rp9,03 triliun pada paruh pertama 2025, naik 7,76% YoY dari Rp8,38 triliun pada periode yang sama 2024.

Dari sisi geografis, pasar domestik masih dominan berkontribusi terhadap penjualan MYOR pada semester I/2025. Masing-masing, penjualan perseroan di pasar domestik tercatat sebesar Rp10,44 triliun, pasar Asia sebesar Rp6,80 triliun, dan pasar lainnya sebesar Rp546,21 miliar pada 6 bulan pertama 2025. 

Masing-masing segmen geografis penjualan MYOR juga bertumbuh. Pada pasar domestik misalnya, penjualan MYOR bertumbuh 8,22% YoY dari Rp9,64 triliun pada paruh pertama 2024. Sementara itu, pada pasar Asia, penjualan produsen Kopiko itu bertumbuh 9,26% YoY dari Rp6,23 triliun pada periode yang sama.

Kenaikan penjualan MYOR sejalan dengan naiknya beban pokok penjualan perseroan hingga 16,51% dibandingkan periode yang sama 2024. Secara rasio, beban pokok penjualan MYOR tercatat sebesar 78,77% dari total pendapatan pada paruh pertama 2025.

Angka itu lebih besar dibandingkan rasio pada paruh pertama 2024 sebesar 74,17% dari total pendapatan Mayora. Setelah dikurangi beban, MYOR mencatatkan laba bruto yang susut 9,86% YoY menjadi Rp3,77 triliun pada periode ini.

Setelah dikurangi berbagai beban dan pajak, MYOR mencatatkan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih senilai Rp1,16 triliun pada semester I/2025. Torehan laba bersih itu susut 32,08% YoY dari Rp1,71 triliun pada periode yang sama 2024.

Lemahnya kinerja Mayora pada paruh pertama 2025, telah tecermin dari lemahnya kinerja perseroan pada kuartal pertama 2025. Saat itu, MYOR membukukan pendapatan senilai Rp9,85 triliun, naik dari Rp8,76 triliun pada periode yang sama 2024.

Namun, laba bersih MYOR justru susut menjadi Rp689,43 miliar pada kuartal pertama 2025, dari Rp1,11 triliun pada periode yang sama 2024.

Direktur Mayora Indah Hendrik Polisar menerangkan, susutnya pendapatan MYOR saat itu terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku perseroan. Hendrik menilai, kenaikan itu telah mulai terasa sejak kuartal II/2024 dan baru berdampak pada kuartal-kuartal selanjutnya.

“Kenaikannya harga biji cokelat bisa sampai dengan lebih dari dua kali lipat, juga kenaikan biji kopi hampir dua kali lipat,” katanya dalam paparan publik yang digelar pada Juni lalu.

Meskipun begitu, Mayora masih memasang target optimis terhadap kinerja perseroan sepanjang 2025. Mayora menargetkan pendapatan senilai Rp39,7 triliun dan Rp3,1 triliun sebagai laba bersih sepanjang 2025. Target itu mencerminkan pertumbuhan pendapatan sekitar 10,06% dan pertumbuhan 3,33% dari realisasi Mayora pada 2024.

Untuk mencapai target tersebut, Mayora menetapkan sejumlah upaya, salah satunya penyesuaian harga jual untuk menjaga margin di tengah naiknya harga bahan baku. Namun, Mayora memastikan bahwa kenaikan harga jual tersebut masih mampu dipenuhi oleh masyarakat.

“Untuk mengatasi hal itu, perseroan telah menaikkan harga jual dengan memastikan bahwa kenaikan harga tersebut bisa diterima oleh konsumen dengan baik,” katanya.

Selain itu, Mayora disebut senantiasa untuk memastikan inovasi yang mereka jalankan mampu memberikan dampak bagi konsumen. Dari sisi promosi, Mayora memastikan bahwa upaya yang mereka lakukan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Produk Mayora Indah (MYOR)
Produk Mayora Indah (MYOR)

Dibayangi Pelemahan Daya Beli Masyarakat

Kinerja Mayora sepanjang 2025 mengindikasikan dampak dari lemahnya daya beli masyarakat yang masih menghantui MYOR. Hal itu diungkapkan oleh analis BRI Danareksa Sekuritas Christy Halim dan Sabela Nur Amalina, yang menerangkan bahwa pertumbuhan pendapatan MYOR sepanjang 2025 terutama didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata perseroan.

Sebaliknya, volume penjualan MYOR masih lesu, hanya tumbuh 1% secara tahunan. Hal itu mengindikasikan tantangan daya beli yang masih menghantui Mayora sepanjang paruh pertama 2025.

Para analis juga menilai, margin laba kotor MYOR turut susut 20,3% pada kuartal kedua 2025, yang menunjukkan bahwa kenaikan harga bahan baku seperti kopi, kakao, dan minyak kelapa masih membayangi kinerja Mayora.

Meskipun begitu, manajemen Mayora memprediksi akan terjadi perbaikan pada margin laba kotor perseroan di kuartal mendatang, yang didukung oleh harga bahan baku utama yang lebih stabil dan menurun sejak akhir Juni 2025.

Kendati begitu, para analis menurunkan proyeksi pertumbuhan pendapatan Mayora ke level 2,2% pada 2025. Proyeksi itu telah mempertimbangkan hasil kuartal II/2025 yang lesu.

Selain itu, para analis turut memproyeksikan margin laba kotor Mayora sepanjang 2025 berada di level 22,1%, dengan asumsi struktur biaya yang lebih baik dan penyesuaian harga jual rata-rata pada paruh kedua 2025 untuk memperkecil tekanan dari kenaikan harga bahan baku.

"Kami merekomendasikan beli untuk saham Mayora, dengan prospek pertumbuhan pendapatan yang masih dua digit, serta ekspektasi pemulihan margin di kuartal mendatang, mengingat biaya bahan baku berpotensi lebih stabil akhir-akhir ini," katanya dalam riset yang dipublikasikan Kamis (7/8/2025).

Para analis merekomendasikan buy untuk saham Mayora dengan target harga yang lebih rendah dari sebelumnya menjadi Rp2.500 per lembar. Angka itu mencerminkan kenaikan 13,64% dari harga Mayora saat ini Rp2.220 per lembar.

Senada, analis KB Valbury Sekuritas Akhmad Nurcahyadi menilai, kendati sektor konsumer menghadapi tantangan daya beli masyarakat, tetapi sektor ini masih memiliki ketahanan, hal itu tecermin dari konsumsi makanan dan minuman yang masih menjadi prioritas utama bagi sebagian besar konsumen.

Terhadap Mayora, Akhmad menilai bahwa MYOR akan mampu untuk memperkuat pangsa pasarnya, yang didorong oleh pasar ekspor yang tengah berkembang dan soliditas segmen domestik yang berkelanjutan.

Hal itu tecermin dari kinerja MYOR pada kuartal pertama 2025 yang menunjukkan posisi pasar yang kuat di hampir semua segmen penjualan. Kesadaran merek Mayora dari para pembeli dinilai menjadi pendorong berbagai segmen penjualan Mayora mampu merebut pangsa pasar.

"Kinerja fundamental yang kuat ini, dikombinasikan dengan ekspansi internasional, menempatkan Mayora untuk pertumbuhan yang berkelanjutan," katanya dalam riset yang dipublikasikan Jumat (4/7/2025).

Mengenai naiknya harga bahan baku, Akhmad menilai bahwa tantangan terbesar Mayora berasal dari bahan baku kopi dan kakao. Nantinya, kondisi cuaca yang lebih baik akan sangat penting bagi perbaikan harga kedua bahan baku ini.

Namun, dalam skenario terburuk, Akhmad menilai bahwa penyesuaian harga jual rata-rata (ASP) yang selektif dan dilakukan tanpa mengurangi volume yang signifikan, akan membantu Mayora dalam mempertahankan dan meningkatkan margin penjualan mereka.

Akhmad merekomendasikan buy terhadap MYOR, dengan target harga Rp2.440 per saham. Angka ini mencerminkan proyeksi kenaikan sebesar 9,91% dari harga Mayora saat ini.

"Risiko terhadap rekomendasi kami antara lain biaya bahan baku yang lebih tinggi dari perkiraan, permintaan yang lebih rendah karena masuknya produk baru, kurangnya peluncuran produk baru, dan melemahnya daya beli masyarakat," katanya.

Di lantai Bursa, saham MYOR tercatat parkir di level Rp2.220 pada penutupan perdagangan Jumat (22/8/2025). Banderol tersebut juga mencerminkan pelemahan 20,14% sepanjang tahun berjalan 2025.

_______

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro