Bisnis.com, JAKARTA — Harga saham emiten Grup Sinarmas PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) tumbang pada perdagangan hari ini, Kamis (21/8/2025) usai mendapatkan sorotan dari Morgan Stanley Capital International atau MSCI.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham DSSA melemah 13,13% ke level Rp80.225 per lembar pada perdagangan hari ini. Level saham DSSA sempat menyentuh level terendah pada perdagangan hari ini Rp78.500 per lembar.
Saham DSSA sendiri mencatatkan nilai transaksi tertinggi di pasar saham Indonesia pada perdagangan hari ini sebesar Rp1,28 triliun, dengan volume 163.310 lembar, 12.890 kali transaksi.
Meskipun, harga saham DSSA masih di zona hijau, menguat 116,82% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).
Harga saham DSSA terjun pada perdagangan hari ini seiring dengan sorotan dari MSCI. Sebagaimana diketahui, MSCI telah resmi mengumumkan hasil kocok ulang atau rebalancing indeks yang akan berlaku efektif mulai 27 Agustus 2025.
Dalam tinjauan terbaru, saham DSSA resmi masuk ke MSCI Global Standard Index. Namun, dalam pengumuman terbarunya, MSCI memberikan sorotan baru pada saham DSSA.
"Berdasarkan masukan dari pelaku pasar mengenai ketidakpastian seputar free float DSSA dan mengingat bobot performanya yang signifikan dalam Indeks MSCI Indonesia, MSCI akan menerapkan faktor penyesuaian sebesar 0,5 pada faktor inklusi asing [foreign inclucion factor/FIF] sebagai bagian dari tinjauan indeks per Agustus 2025," tulis MSCI dalam pengumumannya pada Rabu (20/8/2025).
Dengan begitu, MSCI merevisi FIF DSSA dari 0,25 menjadi 0,13 yang akan tercermin dalam berkas Advanced Corporate Event (ACE) pada 21 Agustus 2025.
"MSCI akan terus memantau DSSA dan akan memberikan pembaruan sebelum tinjauan indeks per November 2025," tulis MSCI.
Dalam laporannya, Tim Riset Stockbit Sekuritas menilai faktor penyesuaian pada FIF di saham DSSA menyebabkan terjadinya penurunan bobot (downweighting) pada perhitungan awal DSSA di MSCI.
"Penyesuaian tersebut menyebabkan potensi arus dana berkurang hingga sekitar 50% dari perkiraan awal," tulis Tim Riset Stockbit Sekuritas.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.