Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adu Prospek Saham GGRM vs HMSP Usai Rilis Kinerja Keuangan Semester I/2025

GGRM dan HMSP alami kontraksi laba bersih di semester I/2025. Analis rekomendasikan jual GGRM, sementara HMSP lebih disarankan untuk hold atau beli.
Karyawan menyusun bungkus rokok bercukai di Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menyusun bungkus rokok bercukai di Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ringkasan Berita
  • PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) mengalami kontraksi laba bersih 87,01% YoY pada semester I/2025, dengan rekomendasi jual dari mayoritas analis karena tantangan daya beli dan persaingan ketat.
  • PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) mencatat penurunan laba bersih 35,83% YoY, namun direkomendasikan untuk beli oleh beberapa analis berkat kinerja positif di segmen rokok bebas asap dan dividen yield yang menarik.
  • Proyeksi jangka panjang menunjukkan stagnasi laba bersih GGRM hingga 2027, sementara HMSP diperkirakan mengalami peningkatan laba bersih dan pendapatan yang stabil.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten rokok PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) sama-sama mencatatkan kontraksi laba bersih pada semester I/2025. Yang membedakan, konsensus merekomendasikan tindakan yang berbeda di antara dua saham ini.

Berdasarkan data Bloomberg, 68,8% atau 11 analis merekomendasikan jual GGRM dengan target harga Rp6.475,71 per saham dalam 12 bulan ke depan, mencerminkan potensial return -27,6%. Sedangkan, 31,3% atau 5 analis merekomendasikan hold.

Sementara itu, 58,8% atau 10 analis merekomendasikan hold untuk HMSP dengan target harga Rp653,50 per saham dalam 12 bulan ke depan, mencerminkan potensial return 19,9%. Sementara itu, 35,3% atau 6 analis merekomendasikan beli dan 5,9% atau 1 analis merekomendasikan jual.

Adapun, salah satu yang merekomendasikan jual untuk GGRM adalah Maybank Sekuritas Indonesia. Dalam riset yang ditulis Willy Goutoma dan Jocelyn Santoso, merekomendasikan jual GGRM dengan target harga Rp5.600 per saham.

"GGRM menghadapi pertumbuhan laba yang lebih rendah akibat daya beli yang lemah dan meningkatnya persaingan dari produsen rokok kecil yang diuntungkan oleh tarif cukai lebih rendah," tulis riset tersebut, dikutip Rabu (20/8/2025).

Mengacu pada laporan keuangan, pada semester I/2025 GGRM mencatat kontraksi pendapatan 11,30% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp44,37 triliun. Laba bersih perusahaan bahkan terkoreksi 87,01% YoY menjadi Rp120,25 miliar.

Kontraksi GGRM lebih besar dari pesaingnya. HMSP pada semester I/2025 menorehkan kontraksi penjualan bersih 4,57% (YoY) menjadi Rp55,17 triliun. Laba bersih perusahaan juga mengecil 35,83% YoY menjadi Rp2,13 triliun dari raihan pada periode yang sama 2024 sebesar Rp3,32 triliun.

"Di sektor ini, kami masih lebih memilih Hanjaya Mandala Sampoerna," tulis riset tersebut.

Maybank Sekuritas merekomendasikan beli HMSP dengan target harga Rp850 per saham. Faktor yang melandasi rekomendasi ini adalah kinerja positif yang ditunjukkan pada penjualan di segmen rokok bebas asap yang melesat 314,9% YoY menjadi Rp1,13 triliun di semester I/2025. Selain itu, dividen yield HMSP sebesar 10% dinilai masih menarik.

Sementara itu, GGRM dihadapkan dengan tantangan struktural di mana penjualannya didominasi oleh sigaret kretek mesin (SKM) yang menyumbang 90% dari total penjualan semester I/2025. Padahal, kondisi pasar menunjukkan pelemahan daya beli yang menyeret konsumen pada produk yang lebih murah.

Alhasil, proyeksi laba bersih GGRM oleh Maybank Sekuritas sampai akhir 2025 cenderung tak impresif, hanya di angka Rp985 miliar. Itu pun dengan syarat, terjadi perbaikan kinerja di semester II ini melalui kenaikan average selling price (ASP) yang dapat menopang perbaikan margin.

Dalam jangka panjang, laba bersih GGRM juga ditaksir akan cenderung stagnan, tepatnya Rp999 miliar pada akhir 2026 dan menjadi Rp1,10 triliun di akhir 2027. Jika dibandingkan, laba bersih GGRM selama 2023 tembus Rp5,32 triliun.

Landainya proyeksi di bottom line juga tercermin di top line. Diproyeksikan pendapatan GGRM di akhir 2025 mencapai Rp94,63 triliun, kemudian mencapai Rp96,04 triliun di akhir 2026, bahkan mengecil jadi Rp94,32 triliun di akhir 2027. Pada 2023, pendapatan GGRM tembus Rp118,95 triliun.

Sementara itu bagi HMSP, Sucor Sekuritas menilai segmen rokok bebas asap menjadi secercah harapan perseroan untuk bisa mengerek kinerja keuangan ketika pendapatan pada semester I/2025 tergerus.

Sucor Sekuritas mencatat pangsa pasar IQOS pada kuartal II/2025 meningkat dari 0,4% menjadi 0,7%. Bahkan, di Jakarta pangsanya meningkat dari 5% menjadi 8%. Hal ini didukung oleh produk-produk yang dirilis HMSP seperti IQOS Iluma hingga Bonds by IQOS yang mengkonversi produk SKM.

Dalam lima tahun terakhir, penjualan SKM HMSP terus menurun. Terakhir, penjualan segmen SKM turun 11,27% dari Rp33,88 triliun menjadi Rp30,06 triliun pada semester I/2025.

Secara keseluruhan, riset ini memperkirakan adanya pemulihan jangka pendek di industri rokok yang terbatas karena pendapatan riil yang lemah, kenaikan cukai yang tajam, dan kejenuhan harga menekan volume segmen premium. 

Volume batang rokok industri diperkirakan baru akan pulih pada 2026, didukung oleh stimulus fiskal yang lebih kuat dan belanja sektor swasta yang dapat mengembalikan daya beli.

"Kami memproyeksikan pendapatan [HMSP] akan tetap relatif datar di Rp117,80 triliun pada 2025, dan Rp118,17 triliun pada 2026," tulis riset tersebut.

Pendapatan HMSP pada akhir 2027 ditaksir melebihi capaian pada 2024, yakni mencapai Rp118,80 triliun dibandingkan Rp117,88 triliun.

Sementara dari sisi bottom line, laba bersih HMSP diproyeksi mencapai Rp10,08 triliun di akhir 2025, kemudian meningkat menjadi Rp10,45 triliun pada akhir 2026, dan menjadi Rp10,78 triliun di ujung 2027. Proyeksi di akhir tahun ini telah melampaui laba bersih perseroan pada 2024 sebesar Rp6,65 triliun.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro