Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Naik Tipis, Rupiah Dibuka Loyo ke Posisi Rp16.391

Rupiah melemah ke Rp16.391 per dolar AS pada 6 Agustus 2025, seiring penguatan dolar AS dan pelemahan mata uang Asia lainnya. Investor menunggu keputusan Trump terkait posisi di Fed.
Karyawan menunjukan uang dolar AS di Jakarta, Senin (14/7/2025). Bisnis/Abdurachman
Karyawan menunjukan uang dolar AS di Jakarta, Senin (14/7/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.391 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Rabu (6/8/2025). Rupiah dibuka melemah bersama dengan sejumlah mata uang lain di Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka lesu ke posisi Rp16.391 per dolar AS atau terkoreksi 0,01% pada pembukaan perdagangan. Bersamaan dengan itu, dolar AS justru naik tipis 0,02% ke 98,79.

Sejumlah mata uang lain di Asia juga turut dibuka melemah pada perdagangan hari ini. Yen Jepang misalnya, terkoreksi 0,06%, dolar Singapura terkoreksi 0,03%, dolar Taiwan terkoreksi 0,06%, hingga won Korea yang terkoreksi drastis hingga 0,24%.

Selain itu, peso Filipina turut terkoreksi 0,17%, rupee India melemah 0,16%, yuan China melemah 0,08%, dan baht Thailand melemah 0,08% terhadap dolar AS.

Sebaliknya, penguatan terhadap dolar AS hanya dialami oleh ringgit Malaysia di Asia, dengan menguat 0,0002 poin.

Melansir Reuters, dolar bergerak terbatas pada perdagangan hari ini, Rabu (6/8/2025). Salah satu alasannya, para investor memilih untuk menunggu keputusan Presiden AS Donald Trump terkait dengan pengisian posisi kosong di Dewan Gubernur Federal Reserve.

Trump mengatakan pada Selasa bahwa dia akan menentukan calon yang diajukan pada akhir pekan ini, dan secara terpisah telah menyaring daftar pengganti potensial Ketua The Fed Jerome Powell menjadi hanya empat nama.

Data yang dirilis di hari yang sama menunjukkan bahwa aktivitas sektor jasa AS stagnan pada Juli, meskipun biaya input melonjak ke level tertinggi dalam hampir tiga tahun. Hal ini menegaskan dampak tarif Trump terhadap perekonomian yang juga mulai menghantam laba perusahaan.

Namun, data tersebut tidak banyak mempengaruhi pergerakan dolar, karena para trader enggan mengambil posisi baru sebelum ada kepastian siapa yang akan mengisi kursi kosong di The Fed. Kekhawatiran juga meningkat setelah loyalitas politik disebut akan mencemari kebijakan bank sentral yang selama ini netral.

Kepala riset valuta asing di National Australia Bank Ray Attrill menerangkan, pemilihan kandidat untuk mengisi kursi kosong dewan The Fed akan cukup berpengaruh terhadap kondisi pasar ke depannya.

Meskipun pergerakan dolar AS minggu ini cenderung tenang, mata uang tersebut belum pulih dari kerugian pada Jumat, ketika mencatat penurunan harian terbesar dalam hampir empat bulan menyusul laporan ketenagakerjaan yang mengkhawatirkan.

Terhadap mata uang lain, indeks dolar AS terakhir berada di posisi 98,76, masih cukup jauh dari puncaknya di 100,25 yang tercapai pada Jumat sebelum data nonfarm payrolls dirilis.

Para trader masih memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed pada September di atas 90%, dengan sekitar 50 basis poin pelonggaran diantisipasi hingga akhir tahun.

Namun, data seperti laporan ISM sektor jasa pada Selasa menegaskan bahwa The Fed berada dalam posisi yang sulit, karena harus mempertimbangkan tekanan harga yang meningkat akibat tarif Trump di tengah tanda-tanda pelemahan ekonomi AS.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro