Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pemeringkat kredit Standard & Poor's atau S&P secara resmi memberikan peringkat kredit BBB untuk Kangaroo Bond alias obligasi pemerintah RI dalam denominasi dolar Australia, yang bakal terbit pada Agustus 2025.
Mengutip laman resmi S&P, pemberian peringkat untuk obligasi perdana dalam mata uang dolar Australia tersebut diberikan per 28 Juli 2025.
“S&P Global Ratings memberikan peringkat kredit jangka panjang untuk obligasi yang diusulkan Indonesia dalam denominasi dolar Australia,” tulis lembaga tersebut, dikutip pada Rabu (30/7/2025).
Obligasi tersebut akan diterbitkan dalam rangka program penerbitan utang dalam mata uang dolar Australia yang diusulkan Indonesia, yang juga telah S&P berikan peringkat kredit jangka panjang mata uang asing 'BBB'.
Obligasi tersebut mewakili kewajiban langsung, umum, tanpa syarat, dan tidak subordinat dari Indonesia (BBB/Stable/A-2). Obligasi tersebut memiliki peringkat yang sama dengan kewajiban utang serupa di Indonesia.
Menjelang penerbitan perdana, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya menyampaikan saat ini otoritas fiskal dalam proses persiapan penerbitan surat utang dalam dolar Australia. Termasuk melakukan investor meeting di Negeri Kangguru untuk mendapatkan informasi dan masukan dari pihak Australia.
Baca Juga
Mengingat penerbitan Kangaroo Bond akan menjadi sejarah bagi Indonesia, sehingga Sri Mulyani akan melakukan peninjauan secara hati-hati terhadap kondisi pasar.
“Kami nanti akan membuat keputusan mengenai penerbitan, apabila kondisi semuanya baik, kami berencana melakukan [penerbitan] pada Agustus [2025],” ujarnya dalam konferensi pers KSSK, Senin (28/7/2025).
Pemerintah menjelaskan bahwa pihaknya mempertimbangkan dengan serius penerbitan Dimsum Bond dan Kangaroo Bond dalam rangka diversifikasi instrumen dan perluasan basis investor.
Diversifikasi instrumen dan perluasan basis investor sangat diperlukan dalam mengelola portofolio utang pemerintah yang optimal, yakni meminimalkan cost of fund (biaya) dengan risiko yang terkendali.
Sejauh ini, penerbitan utang dalam mata uang selain rupiah telah dilakukan dalam mata uang dolar AS—yang mendominasi SBN berdenominasi mata uang asing—serta yen Jepang dan euro.
Teranyar, pemerintah melalui Kementerian Keuangan menerbitkan obligasi global berdenominasi yen Jepang atau Samurai Bond senilai 103,2 miliar yen, pada Jumat (23/5/2025), untuk pembiayaan APBN.
Seiring dengan penarikan utang baru yang terus dilakukan, pemerintah menegaskan bahwa terus menjaga komposisi utang yang optimal, termasuk komposisi mata uang. Penerbitan dalam rupiah terus didorong dalam rangka pendalaman pasar domestik.
Sementara penerbitan dalam valas dilakukan untuk perluasan basis investor, memanfaatkan likuiditas global, dan natural hedging atas kewajiban pemerintah dalam mata uang asing.