Menurutnya, Bursa harus lebih memperketat aturannya mengenai perusahaan tercatat. Hal itu penting untuk memastikan kesiapan perusahaan sebelum melantai di Bursa hingga dampaknya terhadap investor.
Di satu sisi, Analis MNC Sekuritas Cabang Pantai Indah Kapuk Hijjah Marhama menerangkan, kondisi pencatatan saham saat ini belum sepenuhnya efisien.
Menurutnya, pilihan para investor untuk berinvestasi masih didasarkan pada institusi atau sosok di belakang calon emiten. Hal itu yang membuat kenaikan harga saham selepas IPO tidak berkelanjutan.
“Itulah kenapa sangat spekulatif dalam pembelian saham IPO, dan biasanya, kenaikannya tidak sustainable, karena ada yang ARB sejak awal IPO, ada yang ARA sebanyak tiga kali hingga UMA baru ARB,” katanya, Rabu (16/7/2025).
Marhama menilai bahwa aksi pencatatan perdana saham di semester II/2025 masih prospektif. Kendati demikian, tingkat konsumsi masyarakat dan kondisi ekonomi global menjadi tantangan tersendiri bagi aksi IPO sepanjang semester II/2025.
Senada, Tim Riset Kiwoom Sekuritas menyebut aksi IPO pada semester II/2025 masih prospektif. Namun, investor kini dinilai lebih berhati-hati dengan hanya tertarik pada emiten yang memiliki fundamental yang kuat dan valuasi yang masuk akal.
Baca Juga
"Tantangan global memang ada, tapi bukan berarti peluang tertutup sepenuhnya," kata Tim Riset Kiwoom Sekuritas saat dihubungi, Rabu (16/7/2025).
Adapun sejumlah tantangan yang menanti calon emiten yang akan IPO tidak jua terlepas dari sentimen global, likuiditas investor yang ketat, hingga kinerja IPO sebelumnya yang mengecewakan. Menurutnya, valuasi yang tinggi juga membuat aksi IPO tidak disambut baik oleh para investor saat ini.