Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan menara telekomunikasi Grup Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) dikabarkan sedang mempertimbangkan opsi merger dengan kompetitornya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG).
Berdasarkan sumber Bloomberg yang mengetahui informasi tersebut, kedua perusahaan sedang melaksanakan pembicaraan awal terkait dengan prospek merger.
Apabila terlaksana, merger MTEL dan TBIG akan menghasilkan entitas usaha dengan potensi nilai perusahaan sebesar Rp93 triliun atau sekitar US$5,7 miliar.
Seperti dilansir Bloomberg, Jumat (11/7/2025), langkah tersebut merupakan upaya kedua yang dijajaki oleh dua perusahaan menara telekomunikasi raksasa di Indonesia. Rencana tersebut dikabarkan pernah gagal pada 2015.
Wacana merger MTEL dan TBIG disebut mengekor langkah konsolidasi di industri telekomunikasi di Indonesia. Seperti diketahui, merger PT XL Axiata Tbk. dan PT Smartfren Telecom Tbk. telah rampung menjadi entitas baru bernama XLSmart. Sebelumnya, Indosat menyelesaikan merger dengan Tri Hutchison Indonesia.
Sumber Bloomberg menegaskan pertimbangan tentang potensi merger Mitratel dengan Tower Bersama masih dalam tahap awal dan belum ada kejelasan apakah akan berakhir dengan kesepakatan atau tidak.
Perwakilan TBIG, Mitratel, dan Danantara disebut Bloomberg tidak merespons permintaan untuk memberikan komentar terkait dengan rumor tersebut. Seorang juru bicara Telkom mengatakan perusahaan secara berkala mengevaluasi berbagai opsi strategis untuk meningkatkan nilai anak-anak usaha perseroan, baik secara organik maupun anorganik.
Juru bicara Telkom yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan bisnis Mitratel saat ini masih on track dan Telkom belum memutuskan aksi korporasi apapun terhadap Mitratel.
Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy menyebut apabila merger Mitratel dan Tower Bersama terjadi akan menghasilkan perusahaan menara telekomunikasi terbesar di kawasan. Entitas hasil merger juga dapat bersinergi untuk menekan biaya dan meningkatkan margin.
“Merger itu akan menimbulkan isu duopoli atau bahkan mendekati monopoli di industri.”