Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Cerah Pasar Saham RI, Grow Investments Bidik Sektor Kesehatan & Konsumer

Grow Investments memprediksi pasar saham Indonesia bakal terdorong sejumlah sentimen positif pada paruh kedua 2025, dengan beberapa sektor jadi fokus perhatian.
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (4/12/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (4/12/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan aset manajemen, Grow Investments memproyeksikan pasar saham Indonesia akan terdorong oleh sejumlah sentimen pada paruh kedua 2025. Sejumlah sektor pun kemudian disasar.

President Director Grow Investments Yenwy Wongso mengatakan pasar saham Indonesia pada paruh kedua 2025 akan didorong oleh sejumlah sentimen. Dari luar negeri, terdapat dorongan dari proyeksi penurunan suku bunga The Fed.

Terdapat sejumlah pendukung alasan penurunan suku bunga acuan The Fed. Kondisi ekonomi AS saat ini misalnya telah mengalami pelemahan. Di berbagai sektor dan data seperti perumahan hingga ketenagakerjaan menunjukan tren merah.

Artinya data ekonomi AS di bawah ekspektasi pasar. Lalu, pasar butuh stimulus, di mana salah satunya adalah penurunan suku bunga acuan.

Selain itu, kondisi geopolitik global, terutama di Timur Tengah mulai mereda seiring dengan gencatan senjata konflik Iran dan Israel. Ditambah, terdapat sejumlah kesepakatan perdagangan atas kebijakan tarif impor AS yang juga meredakan perang dagang.

Dari dalam negeri, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sudah masuk masa jatuh tempo. Maka, ada potensi aliran likuiditas masuk ke pasar saham.

"Spending pemerintah juga akan mendorong, seperti public housing. Makan bergizi gratis pun akan kian terasa dampaknya. Ini [spending pemerintah], diharapkan memberikan multiplier efect," ujar Yenwy dalam acara market outlook pada Rabu (2/7/2025).

Di tengah peluang pertumbuhan pasar saham Indonesia pada paruh kedua 2025 itu, terdapat sejumlah sektor saham yang dipantau Grow Investments.

Salah satu sektor yang dinilai unggulan adalah sektor kesehatan. Faktor pendorongnya adalah ditundanya implementasi fitur pembagian risiko atau co-payment pada produk asuransi kesehatan.

Mekanisme co-payment pada produk asuransi kesehatan dinilai dapat memengaruhi tingkat kunjungan pasien ke rumah sakit dan pada akhirnya berefek pada pendapatan dan laba emiten kesehatan seperti emiten rumah sakit.

"Jadi, sektor kesehatan masih defensif dan berkinerja positif," kata Yenwy.

Selain itu, Grow Investments menyasar sektor konsumer mass market. Selain terdorong oleh suku bunga acuan yang dinilai mampu mendorong daya beli, juga terdapat dorongan stimulus pemerintah.

Director of Business Development Grow Investments Andrew Handaya mengatakan pasar saham Indonesia memang akan terdorong oleh proyeksi penurunan suku bunga acuan baik The Fed dan BI pada sisa tahun ini. Diproyeksikan penurunan akan berlangsung setidaknya dua kali.

"Kami caotiously optimistic ke pasar saham. Optimis dengan tetap berhati-hati, sambil memantau peluang yang ada," kata Andrew.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper