Bisnis.com, JAKARTA – Sedikitnya 6 perusahaan tengah dalam persiapan menggelar initial public offering (IPO). Keenam perusahaan sedang dalam tahap penawaran awal untuk melaksanakan penawaran umum perdana saham.
Calon emiten yang menjalani proses tersebut berasal dari berbagai sektor, mulai dari logistik, kesehatan, bahan dasar, keuangan, hingga infrastruktur. Apabila diakumulasi, enam calon emiten yang sedang menggelar penawaran awal IPO membidik dana IPO maksimal Rp3,16 triliun.
Keenam perusahaan tersebut antara lain PT Diastika Biotekindo Tbk. (CHEK), PT Trimitra Trans Persada Tbk. (BLOG), PT Pancaran Samudera Transport Tbk. (PSAT), PT Asia Pramulia Tbk. (ASPR), PT Indokripto Koin Semesta Tbk. (COIN), dan PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA).
Teranyar, dua perusahaan PT Merry Riana Edukasi Tbk. (MERI) dan PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk. (PMUI) masuk dalam pipeline BEI dalam rencana IPO.
Equity Analyst Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menilai, sejumlah perusahaan yang akan menggelar IPO dalam waktu dekat memiliki prospek yang cukup menjanjikan. COIN dan PSAT misalnya, memiliki valuasi yang tergolong undervalued, baik dari sisi price to earnings (PE) ataupun price to book value (PBV).
Selain itu, COIN dan PSAT juga membukukan net profit margin (NPM) sebesar masing-masing 42% dan 25%, jauh di atas rata-rata sektoral. COIN dan PSAT juga dinilai memiliki kesehatan keuangan yang cukup baik dengan rasio utang yang rendah dan di bawah rata-rata.
Baca Juga
Sementara itu, CHEK, BLOG, dan ASPR dinilai memiliki valuasi yang tergolong overvalued. Meskipun begitu, ketiga perusahaan tersebut dinilai memiliki rasio return on equity (ROE) dan net profit margin (NPM) di atas rata-rata sektoral.
BLOG misalnya, mencatatkan NPM sebesar 10% saat rata-rata sektoral membukukannya sebesar 5%. Begitu juga dengan CHEK yang membukukan NPM 10%, sementara rata-rata sektoral hanya 1%. Sementara itu, kendati ASPR mencatatkan NPM sekitar 3%, tetapi rata-rata sektoral hanya mencapai 1%.
Sukarno menilai, sektor usaha logistik dan transportasi kini tengah relevan dengan lonjakan e-commerce dan digital spending.
"BLOG dan PSAT bisa cocok strategi jangka panjang karena memiliki valuasi yang relative murah dan mempunyai rasio profitabilitas tinggi dan rasio utang yang cukup rendah. Selain itu, mungkin lebih cocok jangka pendek," katanya dalam riset, Selasa (24/6/2025).
Sementara itu, emiten terafiliasi Prajogo Pangestu PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) dinilai memiliki sejumlah prospek bisnis jangka panjang ke depannya. Anak usaha TPIA ini menjalankan usaha di sektor infrastruktur dengan menyediakan layanan bagi sektor industri nasional, mencakup energi, air, kepelabuhanan dan penyimpanan, serta logistik.
Sepanjang 2024, total pendapatan perseroan meningkat 25% year on year (YoY) menjadi US$102,3 juta. Pertumbuhan ini dinilai terjadi berkat peningkatan penjualan di seluruh segmen bisnis CDIA.
Adapun Sukarno menilai, berbagai lini bisnis perseroan juga diproyeksi bakal menguat ke depannya. Permintaan listrik nasional, misalnya, diproyeksi bakal bertumbuh didorong oleh urbanisasi dan pertumbuhan populasi.
Pada sektor maritim, ketergantungan Indonesia terhadap impor energi mendorong permintaan akan kapal pengangkut cairan yang lebih banyak. Kapasitas pelabuhan dan penyimpanan juga diproyeksi bakal meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan konsumsi domestik.
Sektor air juga dinilai bakal memberikan penguatan yang potensial seiring dengan kebutuhan infrastruktur yang meningkat akibat urbanisasi dan pengembangan industri.
”Menempatkan seluruh lini bisnis perseroan dalam posisi yang menjanjikan untuk pertumbuhan ke depan,” kata Sukarno.
Akan tetapi, Sukarno mewanti-wanti sejumlah potensi pelemahan CDIA, seperti perubahan regulasi, volatilitas harga komoditas, keterlambatan proyek, penurunan permintaan industri, tantangan lingkungan, hingga keterbatasan pembiayaan.
Hal itu dinilai bakal berdampak terhadap bisnis infrastruktur perseroan di berbagai sektor nantinya.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.