Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arah Saham Migas saat Harga Minyak Mentah Diramal Meroket

Proyeksi kenaikan harga minyak dunia di tengah konflik Iran dan Israel yang memanas telah menyengat saham emiten migas.
Investor mengamati layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Rabu (Rabu (7/5/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Investor mengamati layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Rabu (Rabu (7/5/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Proyeksi kenaikan harga minyak dunia di tengah konflik Iran dan Israel yang memanas telah menyengat saham emiten migas. Bagaimana kemudian arah deretan saham ini ke depan?

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), deretan harga saham emiten migas telah menanjak pada perdagangan Senin (23/6/2025). Harga saham PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), misalnya, telah menanjak 7,82% pada perdagangan kemarin ke level Rp386 per saham. 

Harga saham ENRG pun di zona hijau, naik 67,83% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Kemudian, harga saham PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) telah menanjak 1,4% ke level Rp1.450 per saham. Harga saham MEDC juga di zona hijau, naik 31,82%.

Selain itu, harga saham PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) naik 3,7% ke Rp1.260 per saham. Harga saham AKRA juga di zona hijau, naik 12,5% YtD.

PT Elnusa Tbk. (ELSA) naik 1,21% ke Rp500 per saham hingga kemarin dan naik 15,74% YtD. Harga saham PT ESSA Industries Indonesia Tbk. (ESSA) naik 2,26% ke Rp680 per saham kemarin, meski masih di zona merah atau melemah 16,05% YtD.

Saham emiten migas hari ini tersengat seiring dengan kenaikan harga komoditas dunia imbas konflik Iran dan Israel. Memanasnya kondisi di Timur Tengah membawa potensi gangguan pasokan energi global. Gangguan di Selat Hormuz itu kemudian dapat memicu lonjakan tajam harga minyak dunia. 

Dalam riset yang dikutip dari Reuters pada Senin (23/6/2025), Goldman Sachs memperkirakan harga minyak mentah jenis Brent dapat melonjak sementara hingga US$110 per barel apabila arus minyak melalui Selat Hormuz—jalur vital pengiriman sekitar 20% minyak dunia—terpangkas setengahnya selama satu bulan, dan tetap turun 10% dalam 11 bulan berikutnya. 

Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani mengatakan seiring dengan lonjakan harga minyak dunia, pergerakan harga saham emiten migas tak terelakkan. Harga minyak mentah global itu menguat, merespons pengumuman Presiden AS Donald Trump soal serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran.

“Merespons serangan AS tersebut, parlemen Iran dilaporkan mendukung rencana penutupan Selat Hormuz, yang merupakan jalur pelayaran untuk sekitar 20% pasokan minyak global setiap hari,” ujar Gani dalam laporan terbarunya.

Ke depan, saham MEDC, ENRG, dan ELSA menurutnya dinilai berpotensi mendapat sentimen positif dalam jangka pendek.

“Kenaikan harga minyak mentah berpotensi memberikan sentimen positif jangka pendek bagi emiten produsen migas dan penunjang migas," kata Gani.

Arah Saham Migas saat Harga Minyak Mentah Diramal Meroket

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga mengatakan ketegangan di Timur Tengah, yang dipicu oleh tindakan militer Israel terhadap Iran telah mendorong harga minyak dalam tren naik.

"Kenaikan harga minyak dunia akan mendapatkan benefit bagi saham migas," kata Nafan kepada Bisnis.

Namun, menurutnya, daya dorong yang didapatkan oleh saham-saham migas menurutnya hanya jangka pendek. Sebab, bisa saja eskalasi perang di Timur Tengah secara perlahan menurun seiring terjadinya gencatan senjata.

Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi dalam risetnya juga merekomendasikan sejumlah saham defensif di tengah risiko geopolitik, termasuk kondisi memanas di Timur Tengah. 

"Mengingat perkembangan terkini, kami merekomendasikan investor untuk beralih ke sektor terkait komoditas, khususnya saham terkait minyak seperti MEDC dan AKRA," tulis Prasetya dalam risetnya.

Berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis terbaru menunjukan bahwa sebanyak 16 sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk MEDC. Sebanyak tiga sekuritas merekomendasikan hold. Target harga saham MEDC sendiri berada di level Rp1.601,67 per saham dalam 12 bulan ke depan.

Untuk saham AKRA, konsensus analis terbaru menunjukan bahwa sebanyak 21 sekuritas menyematkan rekomendasi beli. Lalu, satu sekuritas merekomendasikan hold untuk AKRA. Target harga saham AKRA sendiri berada di level Rp1.595,94 per saham dalam 12 bulan ke depan.

Untuk saham ENRG, konsensus analis terbaru menunjukan bahwa sebanyak dua sekuritas menyematkan rekomendasi beli. Target harga saham ENRG sendiri berada di level Rp460 per saham dalam 12 bulan ke depan.

Untuk saham ELSA, konsensus analis terbaru menunjukan bahwa sebanyak lima sekuritas menyematkan rekomendasi beli. Target harga saham ELSA sendiri berada di level Rp635 per saham dalam 12 bulan ke depan.

Untuk saham ESSA, konsensus analis terbaru menunjukan bahwa sebanyak lima sekuritas menyematkan rekomendasi beli. Target harga saham ESSA sendiri berada di level Rp920 per saham dalam 12 bulan ke depan.

Siasat Emiten Migas Ambil Momentum

Di tengah sengatan harga minyak dunia pada akhir paruh pertama tahun ini, deretan emiten migas sebenarnya mencatatkan kinerja laba lesu. AKRA misalnya mencatatkan laba bersih Rp565,21 miliar pada kuartal I/2025, turun 5,08% secara tahunan (year on year/yYoY) dibandingkan dengan laba bersih pada kuartal I/2024 senilai Rp595,46 miliar.

Laba bersih MEDC juga anjlok 75,34% YoY menjadi US$18 juta pada dari periode sebelumnya US$73 juta.

ESSA mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$8,12 juta per kuartal I/2025, turun 20,39% yoy dari US$10,21 juta.

Meskipun, sejumlah emiten migas lainnya mencatatkan kinerja laba yang bertumbuh. ENRG berhasil mencetak laba bersih sebesar US$17,95 juta per kuartal I/2025 naik 1,63% yoy dibandingkan laba pada periode yang sama tahun sebelumnya US$17,66 juta.

Lalu, ELSA meraup laba bersih Rp187 miliar sepanjang kuartal I/2025, meningkat 2% dari capaian laba bersih pada kuartal I/2024 sebesar Rp183 miliar. 

Di sisi lain, deretan emiten migas tengah bergeliat ekspansi. ENRG misalnya bergeliat mengembangkan blok migas di Malacca Strait di Riau melalui anak usahanya PT Imbang Tata Alam. 

Dalam upaya pengembangan blok migas itu, ENRG menjalankan aksi korporasi. ENRG berencana menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement sebanyak-banyaknya 2,48 miliar saham. 

ENRG juga telah menemukan kandungan minyak bumi baru di wilayah Kontrak Kerja Sama Wilayah Kerja (KKS WK) Bentu, Riau dengan perkiraan awal sebesar 20 juta barel. Cadangan minyak ini berada dalam dua lapisan batu pasir (reservoir) yang terdapat di Formasi Lakat, dengan total ketebalan lapisan 43 kaki. 

Ke depannya, Direktur Utama Energi Mega Persada Syailendra S. Bakrie menerangkan ENRG akan berupaya aktif untuk melanjutkan eksplorasi dan pengembangan blok KKS WK Bentu untuk meningkatkan jumlah cadangan dan produksi perseroan.

"Kami yakin bahwa peningkatan produksi yang diharapkan dari penemuan ini akan mendukung inisiatif Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan produksi minyak dan gas nasional serta berkontribusi terhadap tujuan negara untuk mencapai kemandirian energi,” katanya.  

Kemudian, ELSA lewat entitas anak usaha yaitu PT Elnusa Trans Samudera (ETSA) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) strategis bersama PT Keyfield Offshore asal Malaysia untuk memperkuat armada maritim migas nasional. 

Direktur Utama Elnusa Bachtiar Soeria Atmadja mengatakan MoU strategis itu menjadi langkah konkret perseroan dalam memperluas jaringan bisnis sekaligus memperkuat posisi di industri maritim migas nasional. 

"Penandatanganan MoU ini menjadi langkah strategis dan momentum penting dalam memperkuat sinergi di sektor jasa marine & offshore service, khususnya dalam mendukung operasional dan pengembangan layanan offshore yang semakin kompleks dan menantang," kata Bachtiar.

ESSA juga menjajaki calon offtaker dan rekanan strategis untuk pabrik bahan sustainable aviation fuel (SAF) atau bioavtur. ESSA menargetkan pabrik SAF itu bisa produksi komersial pada kuartal IV/2027 atau kuartal I/2028. 

Lewat equity research yang disusun BRI Danareksa Sekuritas, manajemen ESSA menargetkan kapasitas pabrik SAF dapat mencapai 150.000 metrik ton per tahun. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper