Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Telko Lesu, Telkom (TLKM) Diprediksi Tetap Cuan Berkat Efisiensi & Dividen

Prospek saham Telkom (TLKM) dinilai tetap cerah di tengah tekanan industri, ditopang efisiensi belanja modal dan strategi dividen jangka panjang.
Pengendara motor melintas didepan gedung Telkom di Jakarta, Minggu (21/7/2024). Bisnis/Abdurachman
Pengendara motor melintas didepan gedung Telkom di Jakarta, Minggu (21/7/2024). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Prospek saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dinilai tetap cerah meski industri telekomunikasi tengah mengalami tekanan. Analis Mandiri Sekuritas menilai Telkom memiliki daya tahan lebih kuat dibandingkan para pesaingnya, berkat efisiensi belanja modal dan strategi distribusi dividen jangka panjang yang konsisten.

Dalam riset terbaru bertajuk "Telco Sector Downgrade and Forecast Updates", analis Henry Tedja dan Danif Nouval Esfaniari dari Mandiri Sekuritas merevisi turun proyeksi pendapatan sektor telekomunikasi, khususnya layanan seluler. Mereka memangkas estimasi pertumbuhan pendapatan layanan seluler 2025 menjadi -0,1% year-on-year, yang menjadi kontraksi pertama sejak 2018. Penurunan ini dipicu oleh lemahnya daya beli masyarakat, tekanan persaingan harga, dan minimnya inovasi tarif yang bisa mendorong average revenue per user (ARPU).

Dalam laporan tersebut, Mandiri Sekuritas menurunkan estimasi pertumbuhan pendapatan keseluruhan sektor telekomunikasi Indonesia dari sebelumnya 5,3% menjadi hanya 3,3% pada 2025. EBITDA sektor juga direvisi turun dari estimasi pertumbuhan 9% menjadi 5,6%. Kendati begitu, saham TLKM tetap direkomendasikan BUY, dengan target harga Rp3.500 per saham.

Alasannya, Telkom dinilai memiliki strategi yang paling matang dalam mengelola biaya operasional, belanja modal (capex), serta mempertahankan rasionalitas kompetisi di pasar seluler.

“TLKM akan menjadi pemain dominan yang tetap rasional. Dengan alokasi capex yang lebih disiplin, kami memperkirakan free cash flow TLKM akan meningkat, yang pada akhirnya memperkuat prospek pertumbuhan dividen jangka panjang,” tulis Henry dan Danif.

Mandiri Sekuritas menyoroti bahwa sejak 2024, TLKM telah memangkas belanja modal menjadi sekitar Rp25 triliun per tahun, dibandingkan rentang historis Rp25–37 triliun. Efisiensi ini menghasilkan ruang untuk distribusi dividen yang lebih besar. Bahkan, pada 2024, dividend per share (DPS) TLKM tumbuh 19% year-on-year, menjadi yang tertinggi dalam satu dekade terakhir.

Dari sisi valuasi, TLKM saat ini diperdagangkan pada level Rp2.770 per saham, dengan price to book value (PBV) sebesar 2,49x dan return on equity (ROE) 18%. Dalam risetnya, Mandiri Sekuritas juga menyusun tiga skenario valuasi saham TLKM berbasis Dividend Discount Model (DDM) sebagai berikut:

  • Bull case: target harga Rp4.900 per saham (dengan pertumbuhan dividen 8% per tahun)
  • Base case: target harga Rp3.400 per saham (pertumbuhan dividen 6% per tahun)
  • Bear case: target harga Rp2.500 per saham (pertumbuhan dividen 4% per tahun)

Kinerja fundamental Telkom tetap mencerminkan daya tahan operasional yang solid. Pada kuartal I/2025, Telkom membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp36,6 triliun dan EBITDA sebesar Rp18,2 triliun dengan margin mencapai 49,8%. Meskipun terjadi sedikit penurunan pendapatan dibandingkan tahun sebelumnya, manajemen Telkom tetap percaya diri dalam menghadapi dinamika industri.

Corporate Communication TLKM, Ahmad Reza, menegaskan bahwa Telkom tetap komitmen memberikan nilai kepada pemegang saham, menjaga rasionalitas pasar, dan menempatkan prinsip tata kelola sebagai prioritas.

“Di tengah kondisi makro yang challenging, Telkom tetap resilience dan commit untuk meningkatkan shareholders’ return. Telkom berusaha untuk menjaga rationality dan profitability sebagai market leader yang align dengan menjaga GCG/compliance,” ujar Reza kepada Bisnis, Rabu (18/6/2025).

Reza menjelaskan bahwa perusahaan saat ini berfokus pada efisiensi dan inovasi sebagai dua pilar utama dalam menjaga profitabilitas jangka panjang. Meski pendapatan sedikit terkoreksi, margin EBITDA yang tetap tinggi menunjukkan efektivitas pengendalian biaya dan ketahanan model bisnis Telkom.

“Kami percaya bahwa kinerja ini menunjukkan ketahanan dan kemampuan kami dalam menghadapi tantangan industri,” lanjutnya.

Selain penguatan efisiensi, Telkom juga menekankan transformasi digital sebagai agenda utama jangka panjang. Strategi digitalisasi dan pengembangan lini bisnis enterprise melalui anak usaha seperti Telkomsel, Mitratel, dan Telin diarahkan untuk mendukung pertumbuhan pendapatan non-seluler dan memperkuat portofolio digital.

“Telkom berfokus pada pengembangan bisnis dan peningkatan kinerja operasional. Kami percaya bahwa strategi transformasi digital dan inisiatif bisnis yang kami jalankan akan membawa dampak positif bagi perusahaan dan stakeholders dalam jangka panjang,” ujar Reza.

Tak hanya itu, Telkom juga menjaga komitmen terhadap tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dalam menjalankan operasional dan pengambilan keputusan strategis. Reza menegaskan bahwa keberlanjutan usaha Telkom dibangun tidak hanya dari sisi komersial, tetapi juga dari kepatuhan terhadap regulasi dan etika bisnis.

“Kami akan terus bekerja keras untuk meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan dan memberikan layanan terbaik bagi pelanggan dengan tetap menjaga GCG,” tegasnya.

Sementara itu, dua emiten telekomunikasi besar lainnya, PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk. (ISAT), dinilai berada dalam posisi yang lebih menantang menghadapi tekanan industri saat ini. Dalam riset yang sama, Mandiri Sekuritas menurunkan rekomendasi untuk saham EXCL dari BUY menjadi HOLD, dengan target harga direvisi menjadi Rp2.400 per saham. Koreksi ini disebabkan oleh performa keuangan EXCL yang dinilai paling lemah dibandingkan rekan seindustri, dengan pertumbuhan trafik data yang melambat dan ARPU yang stagnan.

Pendapatan EXCL menunjukkan tren pertumbuhan yang moderat, seiring tekanan biaya dari belanja modal dan pemeliharaan jaringan yang tetap tinggi. Margin laba EXCL diperkirakan mengalami tekanan, seiring tantangan dalam mengimbangi beban biaya melalui penyesuaian tarif maupun peningkatan volume penggunaan. Selain itu, posisi EXCL yang dominan di pasar Jawa membuat kompetisi harga lebih tajam dan ruang ekspansi ARPU lebih sempit.

Adapun untuk PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk. (ISAT), rekomendasi juga diturunkan dari BUY menjadi HOLD, dengan target harga di level Rp2.300 per saham. Meskipun ISAT telah menunjukkan pemulihan dalam volume trafik dan integrasi jaringan pasca-merger, Mandiri Sekuritas melihat pertumbuhan top-line yang cenderung datar serta risiko peningkatan beban keuangan akibat naiknya leverage.

ISAT juga menghadapi potensi tekanan margin karena biaya jaringan tetap tinggi, sementara pertumbuhan pelanggan dan monetisasi data belum cukup agresif untuk mengerek ARPU secara signifikan. Riset juga mencatat bahwa rasio utang terhadap EBITDA ISAT mengalami peningkatan, yang berpotensi membatasi fleksibilitas ekspansi dalam jangka menengah.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper