Prospek Sektor Properti
Dalam kesempatan lain, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan memandang bahwa sektor properti berpotensi mencatatkan pertumbuhan penjualan pada semester II/2025 seiring terbukanya ruang penurunan BI Rate.
Dia menuturkan bahwa BI Rate berpeluang turun di kisaran 25–50 bps hingga akhir 2025, seiring kondisi makroekonomi Indonesia yang relatif solid dengan tingkat inflasi yang masih sesuai dengan asumsi bank sentral pada tahun ini.
Di samping itu, penjualan properti residensial juga tumbuh 0,73% year on year (YoY) atau 33,92% (quarter on quarter/QoQ pada kuartal I/2025, berbalik dari kontraksi pada periode sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh segmen rumah tipe kecil, yang mencatatkan kenaikan sebesar 21,75% YoY pada kuartal I/2025.
“Emiten properti dengan portofolio dominan di segmen rumah kecil, seperti CTRA, membukukan kinerja yang relatif lebih tangguh,” pungkas Valdy dalam risetnya.
Pemerintah, lanjutnya, turut memperpanjang insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk sektor properti hingga akhir 2025, yang diperkirakan menjadi katalis positif lanjutan bagi permintaan rumah.
Valdy juga menuturkan pertumbuhan KPR masih dibayangi oleh penurunan kualitas aset. Secara tahunan, total KPR tumbuh 9,13% YoY pada Maret 2025 atau lebih rendah dibandingkan kenaikan 9,67% YoY sepanjang 2024. Namun secara kuartalan, KPR tumbuh 2,54% QoQ, lebih tinggi dari 2% QoQ pada periode sebelumnya.
Baca Juga
Dengan katalis itu, Phintraco merekomendasi CTRA dengan nilai wajar sebesar Rp1.320 per saham. Adapun saham PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) mencapai Rp1.185 dan nilai wajar PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) di Rp535 per saham.
Hingga akhir perdagangan Selasa (17/6), saham CTRA bertengger di level Rp990 atau meningkat 1,02% sejak awal tahun (year to date/YtD). Selanjutnya, harga saham BSDE berada di level Rp885, sementara PWON dibanderol Rp388 per saham.
Di sisi lain, Analis BRI Danareksa Sekuritas Ismail Fakhri Suweleh mempertahankan peringkat overweight untuk sektor properti dengan preferensi pada pengembang yang memiliki portofolio mayoritas di segmen rumah tapak Rp1 hingga Rp5 miliar.
“Untuk memitigasi risiko lemahnya prapenjualan, kami juga menyukai emiten dengan portofolio ritel yang kuat sebagai opsi properti investasi yang lebih sehat,” ucapnya.
Emiten pilihan BRI Danareksa di antaranya CTRA, PWON, BSDE, dan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA). Meski demikian, Ismail menyatakan risiko utama sektor ini mencakup berakhirnya insentif PPN yang dapat melemahkan permintaan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.