Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bitcoin Ikut Terkoreksi Imbas Serangan Israel ke Iran

Kripto dan aset berisiko lainnya bergerak negatif karena serangan Israel ke Iran. Support teknikal Bitcoin ada di level US$101.000 dan masih dapat berubah.
Warga beraktivitas di dekat logo Bitcoin di Jakarta, Selasa (15/10/2024). / Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Warga beraktivitas di dekat logo Bitcoin di Jakarta, Selasa (15/10/2024). / Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Harga Bitcoin dan aset kripto lainnya anjlok pada Jumat (13/6/2025) setelah Israel melancarkan serangan udara terhadap Iran, yang menandai eskalasi besar dalam ketegangan geopolitik Timur Tengah.

Berdasarkan data CoinMarketCap.com, harga Bitcoin sempat turun hingga 3% menyentuh di bawah level US$103.000 sebelum memangkas sebagian kerugian pada level US$105.398. Sementara itu, aset kripto berkapitalisasi terbesar kedua, Ethereum, bahkan sempat ambles sekitar 7,6%.

Tekanan jual muncul setelah laporan media lokal menyebut adanya ledakan di ibu kota Iran, Teheran. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengumumkan status darurat khusus menyusul apa yang disebutnya sebagai serangan preventif terhadap Iran.

Dia juga memperingatkan kemungkinan balasan serangan rudal dan drone dari pihak Iran.

“Pasar kripto bereaksi negatif terhadap kabar serangan Israel ke Iran, selaras dengan pergerakan aset berisiko lainnya,” ujar Co-Founder Orbit Markets, Caroline Mauron, dikutip dari Bloomberg pada Jumat (13/6/2025).

Mauron memperkirakan adanya level support teknikal di sekitar US$101.000. Tetapi untuk jangka pendek, pergerakan harga akan sangat ditentukan oleh perkembangan geopolitik.

Sementara itu, pasar saham dan indeks berjangka global juga mengalami pelemahan, seiring dengan lonjakan permintaan terhadap aset safe haven seperti obligasi pemerintah AS (Treasuries). Harga minyak mentah melonjak lebih dari 9%, sementara emas juga mencatatkan kenaikan signifikan.

Penurunan Bitcoin menunjukkan bahwa meskipun aset ini kadang dipandang sebagai lindung nilai makro, dalam kondisi risiko ekstrem seperti konflik militer langsung, likuiditas tetap menjadi prioritas pelaku pasar.

“Dalam situasi seperti ini, para trader cenderung mencairkan aset, mengalihkan dana ke dolar AS, dan mengurangi eksposur terhadap posisi yang bersifat leveraged maupun volatil,” kata Kepala Perdagangan Derivatif Asia Pasifik di FalconX Ltd., Sean McNulty.

Data dari Coinglass menunjukkan bahwa dalam 24 jam terakhir, posisi long senilai lebih dari US$1 miliar di berbagai aset kripto telah dilikuidasi.

Tony Sycamore, analis pasar di IG Group, dalam catatannya menyebutkan bahwa pemburukan sentimen risiko kemungkinan masih akan berlanjut menjelang akhir pekan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper