Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) masih kesulitan untuk rebound walaupun perseroan mengumumkan pembagian dividen. Namun, analis tetap merekomendasikan beli saham UNVR dengan potensi pemulihan kinerja.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham UNVR ditutup melemah 2,31% menjadi Rp1.690 pada Selasa (3/6/2025). Sejak awal tahun, harga UNVR tergerus 10,34%.
Terbaru, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Selasa (3/6/2025) telah menyetujui laporan keuangan Unilever Indonesia yang telah diaudit untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2024.
Sepanjang tahun lalu, Unilever Indonesia mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp35,1 triliun dan laba bersih Rp3,4 triliun. Dari capaian tersebut, perseroan menetapkan total dividen sebesar Rp88 per saham.
Rinciannya, Unilever membagikan dividen final sebesar Rp47 per saham dengan total nilai Rp1,79 triliun. Dividen ini berasal dari laba bersih tahun buku 2024 dan akan dibayarkan paling lambat pada 2 Juli 2025.
Pada Desember 2024, Unilever telah membayarkan dividen interim sebesar Rp41 per saham atau setara Rp1,56 triliun. Dengan demikian, total dividen yang dibagikan untuk tahun buku 2024 mencapai Rp3,35 triliun.
Di tengah tren menurun harga saham UNVR, Samuel Sekuritas mengerek target saham UNVR dengan proyeksi peningkatan kinerja operasional yang didorong oleh tren penurunan harga bahan baku utama tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan, UNVR mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,2 triliun sepanjang kuartal I/2025. Nilai itu turun 14,6% year on year (YoY), tetapi melesat 244,7% secara kuartalan.
Analis Samuel Sekuritas Jonathan Guyadi menjelaskan pendapatan UNVR pada kuartal I/2025 tercatat sebesar Rp9,5 triliun, tumbuh 22,6% secara kuartalan. Namun, capain tersebut melemah 6,1% dari periode sama tahun lalu.
Penjualan UNVR dikontribusikan oleh segmen home and personal care yang mencetak penjualan Rp5,86 triliun atau berkontribusi 61,9% dari total penjualan. Sementara itu, segmen Foods and Refreshment menyumbang Rp3,61 triliun atau 38,1%.
Meski pendapatan di bawah ekspektasi, Jonathan mengatakan UNVR mencatatkan perbaikan margin secara signifikan. Margin laba kotor kuartal I/2025 menjadi 48,2% dari 44,5% kuartal sebelumnya berkat normalisasi program transformasi, penyesuaian harga jual, serta penurunan biaya bahan baku seperti minyak sawit.
“Margin EBIT juga melonjak ke level 17,1%, dari hanya 6,7% pada kuartal IV/2024, berkat normalisasi biaya transformasi dan efisiensi SDM yang membaik,” ujarnya dalam publikasi riset terbarunya.
Samuel Sekuritas lantas merevisi naik estimasi laba bersih UNVR untuk 2025 sebesar 22,8% dan 2026 sebesar 23,5%. Laba kuartal I/2025 saat ini menyumbang 27,5% dari estimasi laba tahun penuh versi Samuel Sekuritas dan 32% dari konsensus pasar.
Sementara itu, Jonathan menilai prospek UNVR juga didorong oleh tren penurunan penurunan harga bahan baku utama, seperti kemasan dan bahan kimia yang mengikuti harga minyak global.
“UNVR juga menunjukkan efisiensi operasional yang lebih baik, yang sudah menurunkan rasio opex terhadap penjualan menjadi 31,0% di kuartal I/2025,” ujarnya.
Program ‘Sahabat Warung’ turut berkontribusi terhadap penjualan langsung perseroan, sehingga naik dari hanya 1% pada kuartal III/2024 menjadi 22% di kuartal I/2025 dan diperkirakan mencapai 80% pada semester kedua tahun ini.
Seiring revisi naik proyeksi laba, Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli dan menaikkan target harga saham UNVR menjadi Rp2.100 dari sebelumnya Rp1.400.
Namun, Jonathan mengingatkan bahwa risiko utama yang masih membayangi adalah potensi penurunan volume penjualan dan fluktuasi harga bahan baku global.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.