Bisnis.com, JAKARTA — PT Industri dan Perdagangan Bintraco Fharma Tbk. (CARS) membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 5% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp6,46 triliun pada 2025.
Dalam materi paparan publik, Bintraco Dharma menargetkan pendapatan sebesar Rp6,46 triliun untuk 2025 atau naik 5% dari realisasi pada tahun sebelumnya Rp6,18 triliun.
Hingga kuartal I/2025, emiten berkode saham CARS ini membukukan pendapatan sebesar Rp1,42 triliun atau turun 13,44% yoy dari posisi pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,65 triliun.
Dilihat dari pendapatan segmen otomotif, perseroan menjual sebanyak 3.835 unit pada kuartal I/2025 ini. Adapun target penjualan otomotif pada 2025 dibidik 18.200 unit.
Adapun, laba kotor tergerus 34,29% yoy menjadi Rp136 miliar dari sebelumnya Rp207 miliar. Selanjutnya, penurunan laba bersih terpantau lebih terbatas sebesar 5,88% yoy menjadi Rp48 miliar dari sebelumnya Rp51 miliar.
Manajemen CARS menunjukkan posisi operasional perseroan saat ini sudah lebih baik karena efisiensi biaya mendorong pemulihan kinerja keuangan. Adapun, CARS sudah bangkit dari posisi rugi terbesarnya Rp900 miliar pada 2020 atau saat pandemi Covid-19.
Dari sisi aset, CARS membukukan penurunan aset 2,74% secara year-to-date (ytd) menjadi Rp3,40 triliun per akhir Maret 2025. Adapun, liabilitas bertambah 4,90% ytd menjadi Rp1,15 triliun dan ekuitas berkurang 6,21% ytd menjadi Rp2,24 triliun.
Direktur Utama CARS Benny Redjo Setyono mengatakan perseroan mengambil pendekatan yang fokus pada efisiensi biaya dan peningkatan kualitas layanan di tengah-tengah tantangan pasar otomotif nasional.
"Perseroan membangun kekuatan melalui kolaborasi di dalam ekosistem internal perusahaan, kemitraan erat dengan prinsipal Toyota, serta pemanfaatan value chain nasional secara menyeluruh untuk memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih tepat," katanya dalam laporan paparan publik, dikutip Selasa (27/5/2025).
Selain itu, CARS juga disebut terus memperkuat program retensi pelanggan melalui berbagai inisiatif seperti SMART Installment dan SIP. Benny menyebut langkah itu disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan agar siklus layanan dari pra-penjualan, penjualan, perawatan, retensi hingga trade-in tetap terjaga.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.