Penguatan Terbatas
Sementara itu, PT Timah Tbk. (TINS) yang juga mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan, analis menilai penguatan harga saham TINS akan terbatas tahun ini. Adapun, hal itu melihat harga timah global yang bergerak volatil.
TINS mencatat kenaikan laba bersih 295,56% pada kuartal I/2025 dan harga sahamnya juga bergerak naik 10,28% YtD hingga Senin (26/5/2025). Namun, analis belum melihat ada katalis positif yang dapat disematkan kepada emiten ini secara berkelanjutan.
”Namun, peluang tetap ada, terutama jika permintaan logam dasar membaik di paruh kedua tahun ini,” kata Miftahul.
Kontras, PTBA justru mengalami penyusutan laba bersih sepanjang kuartal I/2025 di Grup MIND ID. Laba bersih emiten tambang batu bara ini menyusut 50,50% yoy menjadi Rp394,1 miliar pada kuartal I/2025.
Miftahul menilai, penurunan laba bersih PTBA disebabkan oleh penurunan harga jual batu bara akibat lemahnya permintaan global. Dia menilai, meskipun volume produksi PTBA masih terjaga, namun tekanan dari sisi margin akibat naiknya biaya logistik dan operasional menggerus kinerja perseroan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Analis KB Vulbary Sekuritas Laurencia Hiemas yang menjelaskan bahwa penyusutan laba bersih PTBA terutama disebabkan oleh turunnya average selling price (ASP) perseroan. Laurencia bahkan menyematkan rekomendasi sell pada saham PTBA dengan target harga Rp1.700.
”Walaupun kuartal pertama biasanya lebih lemah secara musiman, penurunan kali ini lebih tajam dari biasanya karena laba bersih biasanya berkontribusi 15–20% terhadap total tahunan, padahal volume penjualan sesuai dengan tren historis,” kata Laurencia dalam risetnya, Rabu (21/5/2025).
Secara bersama-sama, ANTM, PTBA, dan TINS dinilai akan mengalami penguatan jika mendapatkan katalis positif berupa stabilisasi harga komoditas global, keberhasilan hilirisasi, hingga kebijakan pemerintah dalam mendukung industri strategis nasional.
Secara jangka pendek, Miftahul merekomendasikan saham ANTM dari Grup MIND ID karena memiliki prospek yang lebih positif ketimbang dua emiten lainnya di dalam grup yang sama.
"Dalam jangka pendek, kami cenderung lebih positif terhadap ANTM, sementara PTBA dan TINS masih perlu pembuktian lebih lanjut," tutupnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.