Bisnis.com, JAKARTA — Pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia hari ini berpotensi membawa angin segar ke pasar obligasi. Yield Surat Berharga Negara (SBN) diproyeksi akan melanjutkan penurunannya.
Fixed Incomed Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno mengatakan penurunan BI rate ke level 5,50% akan mendukung sentimen positif di pasar surat berharga negara (SBN), khususnya di tengah ekspektasi pelonggaran yang sebelumnya sudah tercermin di pasar.
"Yield SBN berpotensi turun lebih lanjut, terutama di tenor pendek-menengah, seiring persepsi bahwa BI kini yang mulai lebih akomodatif," kata Karinska kepada Bisnis pada Rabu (21/5/2025).
Namun, dia menilai langkah penurunan suku bunga acuan dari BI saat ini merupakan langkah taktis, bukan awal dari siklus yang panjang. Ke depan pun, masih ada tantangan bagi pasar obligasi Tanah Air.
Adapun, tantangan utama di pasar obligasi masih berasal dari ketidakpastian arah kebijakan The Fed dan potensi tekanan terhadap rupiah. Apalagi, kondisi global deeskalasi perang dagang kali ini hanya berlaku selama 90 hari.
"Potensi tekanan terhadap rupiah, terutama menjelang akhir masa jeda kebijakan tarif impor AS–China di awal Juli," ujar Karinska.
Dia menilai BI kemungkinan akan tetap berhati-hati, sehingga peluang bagi pasar SBN tetap terbuka, meskipun dengan ruang penurunan yield yang lebih terbatas.
Investment Analyst PT Capital Asset Management Martin Aditya menambahkan penurunan suku bunga acuan memberikan dampak yang sangat positif dan diterima sangat baik oleh para investor baik jangka pendek ataupun panjang.
Bagi pasar obligasi, yield obligasi kembali pada level 6,8% sehingga harapannya akan mendorong permintaan.
"Saya rasa investor sudah berekspetasi dengan pemangkasan suku bunga ini melihat PDB [produk domestik bruto] kuartal I/2025 di bawah konsensus, baik secara tahunan maupun secara kuartalan," kata Martin kepada Bisnis pada Rabu (21/5/2025).
Adapun, Martin menilai masih terdapat tantangan bagi peningkatan permintaan pasar obligasi Tanah Air, di antaranya potensi rupiah yang kembali volatil.
Selain itu, terdapat potensi penurunan daya tarik investasi domestik terutama pada kelas aset obligasi, jika suku bunga The Fed tidak dipangkas atau jika The Fed mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama yang tidak sesuai ekspetasi pelaku pasar.
"Maka yield obligasi Indonesia dengan AS bisa berpotensi semakin menyempit serta adanya gap yang semakin menyempit antara suku bunga BI dan The Fed," kata Martin.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks obligasi komposit Indonesia (ICBI) telah menguat 3,39% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025, ke level 405,99 pada 30 April 2025. Yield SBN rata-rata turun 17,26 basis poin secara tahunan.
Per 30 April 2025 investor nonresiden mencatatkan net buy Rp23,02 triliun ytd. Untuk pasar obligasi korporasi, investor nonresiden mencatatkan net sell Rp1,42 triliun ytd.