Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Geliat Pasar Saham saat Suku Bunga Turun, Cermati Sektor Saham Pilihan

Pasar saham Indonesia diproyeksikan akan semakin bergeliat seiring dengan pelonggaran moneter berupa pemangkasan suku bunga acuan dari Bank Indonesia.
Investor mengamati pergerakan harga saham melalui salah satu platform di Jakarta, Rabu (7/5/2025)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Investor mengamati pergerakan harga saham melalui salah satu platform di Jakarta, Rabu (7/5/2025)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar saham Indonesia diproyeksikan semakin bergeliat setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan suku bunga acuan atau BI Rate diturunkan ke level 5,50%. 

Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan pemangkasan suku bunga acuan BI akan memberikan dampak positif bagi pasar saham. Terlebih lagi, di tengah situasi dan kondisi saat ini ketika terjadi perlambatan ekonomi di Indonesia. 

"Oleh sebab itu, dibutuhkan dorongan kebijakan dari Bank Indonesia dengan memangkas tingkat suku bunganya," kata Nico kepada Bisnis pada Rabu (21/5/2025).

Dengan pemangkasan tingkat suku bunga acuan, maka akan mendorong daya beli dan konsumsi. Selain itu, penurunan suku bunga acuan akan meningkatkan pinjaman serta diharapkan dapat mengakselerasi perekonomian. 

"Dengan pemangkasan tingkat suku bunga, pasar saham akan mengalami kenaikkan secara harga karena akan mendorong investasi ke aset-aset yang berisiko," tutur Nico.

Adapun, menurutnya sejumlah sektor saham yang berpotensi terdongkrak oleh penurunan suku bunga acuan adalah perbankan, properti, otomotif, dan sektor consumer. 

Akan tetapi, pasar saham Indonesia masih akan menghadapi sejumlah tantangan ke depan. Sentimen global yakni kebijakan penundaan tarif impor AS yang akan selesai dalam beberapa bulan mendatang menjadi penentu. Tensi geopolitik pun masih belum kunjung usai dan masih terdapat potesi kenaikkan inflasi.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan penurunan suku bunga acuan telah diapresiasi oleh pelaku pasar. Menurutnya, penurunan suku bunga acuan merupakan momentum tepat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

BI pun telah mengikuti langkah bank-bank sentral di berbagai negara seperti bank sentral China dan Eropa.

"Secara umum, penurunan suku bunga acuan memberikan benefit penurunan biaya pinjaman. Sektor perbankan tentu mendapatkan dorongan. Lalu, sektor properti mendapatkan benefit dari peningkatan permintaan KPR [kredit pemilikan rumah] dan KPA [kredit pemilikan apartemen]," ujar Nafan.

Di sektor manufaktur, terdapat efek yang mendorong peningkatan produksi sehingga lapangan pekerjaan terbuka lagi.

Sementara itu, seiring dengan penurunan suku bunga acuan, indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan sebesar 0,67% atau 47,86 poin ke level 7.142,46 pada perdagangan hari ini, Rabu (21/5/2025). IHSG pun masih di zona hijau, menguat 0,88% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).

Terdapat pula aliran dana asing di pasar saham seiring dengan penurunan suku bunga acuan. Tercatat, nilai beli bersih atau net buy asing di pasar saham Indonesia mencapai Rp960 miliar pada perdagangan hari ini.

BI telah menurunkan suku bunga acuannya ke level 5,50% berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20—21 Mei 2025. 

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 20 dan 21 Mei 2025 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (21/5/2025). 

Dalam pengumuman suku bunga BI hari ini, bank sentral juga menurunkan suku bunga Deposit Facility menjadi 4,75% dan suku bunga Lending Facility tetap 6,25%. 

Perry mengatakan keputusan suku bunga ini konsisten dengan perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang rendah, serta tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%. 

"[Keputusan itu merupakan] upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, serta untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Perry. 

Perry juga menjelaskan bahwa ke depannya, BI akan terus mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasarannya dan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai fundamental. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper