Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Catat Penguatan Mingguan Keempat Beruntun Ditopang Data Ekonomi

Dolar AS mencatat penguatan mingguan keempat berturut-turut setelah rilis serangkaian data ekonomi menunjukkan kenaikan tak terduga pada harga impor.
Karyawan memperlihatkan Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (21/10/2024)./ JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (21/10/2024)./ JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar AS menguat pada Jumat (16/5/2025) dan mencatat penguatan mingguan keempat berturut-turut setelah rilis serangkaian data ekonomi menunjukkan kenaikan tak terduga pada harga impor.

Di sisi lain, sentimen konsumen terus melemah akibat meningkatnya kekhawatiran tarif.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya menguat 0,74% sepanjang pekan lalu. Pada perdagangan Jumat, indeks dolar menguat 0,21% ke 101,09.

Menurut Departemen Tenaga Kerja AS, harga impor naik 0,1% pada April, setelah menurun 0,4% di bulan sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan harga barang modal yang menutupi penurunan harga energi. Padahal konsensus analis memproyeksikan penurunan 0,4%.

Terpisah, hasil survei Universitas Michigan menunjukkan Indeks Sentimen Konsumen turun ke 50,8 pada Mei, lebih rendah dari perkiraan 53,4 dan posisi 52,2 pada April. Ekspektasi inflasi konsumen selama 12 bulan ke depan melonjak ke 7,3%—tingkat tertinggi sejak November 1981—dari sebelumnya 6,5%.

Dolar AS sempat reli lebih dari 1% pada awal pekan menyusul kesepakatan gencatan dagang 90 hari antara AS dan China yang menurunkan kekhawatiran resesi global. Namun, pergerakannya cenderung melemah sepanjang minggu seiring lemahnya data ekonomi.

Direktur Perdagangan Monex USA Juan Perez mengatakan banyak data yang bermunculan, namun pemberitaan utama kini mendominasi dinamika pasar.

”{erkembangan kebijakan perdagangan berlangsung sangat cepat tanpa arah yang pasti, sementara data ekonomi belum mencerminkan penuh ketegangan yang tengah berlangsung,” jelasnya.

Kendati demikian, dolar masih terdepresiasi hampir 3% sejak pengumuman tarif besar-besaran oleh Presiden Trump pada 2 April.

“Kekhawatiran bahwa ketidakstabilan perdagangan global belum akan mereda terus membayangi kepercayaan jangka panjang terhadap dolar,” kata Perez.

Seiring membaiknya prospek hubungan dagang, pasar mulai menyesuaikan ekspektasi mereka terhadap kebijakan suku bunga The Fed. Berdasarkan data LSEG, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan September kini mencapai 67,1%, mundur dari perkiraan awal pemangkasan pada Juli.

Pejabat The Fed baru-baru ini menyampaikan bahwa mereka masih membutuhkan data tambahan untuk memahami dampak kebijakan tarif terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi sebelum mengambil keputusan suku bunga.

Dolar AS juga menguat terhadap yen Jepang sebesar 0,16% menjadi 145,89. Ekonomi Jepang mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam satu tahun, dengan penurunan yang lebih tajam dari perkiraan pada kuartal I-2025.

Sepanjang pekan, dolar AS naik 0,4% terhadap yen.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper