Bisnis.com, JAKARTA — Investor dinilai masih akan menyerap surat berharga negara (SBN) ritel syariah yaitu Sukuk Ritel (SR) seri SR022. Obligasi pemerintah bisa menjad pilihan aman investasi ketika volatilitas tinggi.
Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI akan segera menawarkan Sukuk Ritel (SR) seri SR022 yang dibuka penawarannya mulai 16 Mei 2025 hingga 18 Juni 2025. Penawaran SR022 ini merupakan penerbitan SBN ritel ketiga pada tahun ini.
Kepala Divisi Riset Pefindo Suhindarto menjelaskan bahwa prospek penjualan SR022 akan tetap baik dengan beberapa katalis. Pertama, pemerintah menawarkan imbal hasil yang menarik, lebih tinggi daripada suku bunga deposito, seperti yang sudah-sudah.
"Apalagi, SR022 membayarkan kupon secara bulanan, tidak seperti seri Fixed Rate (FR) atau Project Based Sukuk (PBS) yang semester-an, sehingga dengan membeli SR022, investor bisa memperoleh passive income bulanan," katanya saat ditanyai Bisnis, belum lama ini.
Kedua, dia mengatakan bahwa risk averse investor tetap tinggi di tengah ketidakpastian saat ini dan membuat investor ritel cenderung mengalokasikan relatif lebih banyak dana ke surat utang pemerintah karena dinilai lebih aman.
Apalagi, menurutnya pasar saham saat ini masih kesulitan untuk kembali ke level 7.000. Situasi ini mendorong investor untuk risk off dan mengejar instrumen yang aman.
Ketiga, penambahan jumlah investor. Dia mengungkap bahwa akan ada lebih banyak investor ritel untuk masuk ke pasar pada lelang tersebut.
Keempat, menurutnya fitur fixed rate menarik di tengah ekspektasi penurunan suku bunga ke depan. Dia mengungkap apabila nantinya suku bunga diturunkan, maka persentase kupon SR022 tidak akan turun.
"Fitur ini menarik seiring dengan ekspektasi penurunan suku bunga dalam jangka menengah ini. Fitur tersebut tidak seperti ST014 menawarkan floating rate di mana penurunan suku bunga akan membuat kuponnya juga disesuaikan turun," ujarnya.
Namun demikian, investasi ke produk obligasi pemerintah kali ini SR022 bukan tanpa risiko. Beberapa yang menjadi perhatian seperti perubahan kondisi pasar yang menyebabkan yield meningkat menjelang akhir penawaran.
Selanjutnya, volatilitas tinggi di pasar keuangan kemudian menjalar ke pasar domestik yang bisa memengaruhi daya beli masyarakat. Apabila terjadi demikian, kemungkinan masyarakat akan mendulukan kepentingan primer ketimbang investasi.
Sementara itu, yield yang ditetapkan di awal penawaran menyebabkan yield tidak akan berubah mengikuti kondisi pasar selama periode penawaran.
"Apabila yield di pasar naik selama periode tersebut, itu membuat SR022 kurang kompetitif. Investor mungkin akan memilih seri subtistusinya seperti seri FR dan PBS," ucapnya.
Adapun, substitusi seperti obligasi seri FR dan PBS lebih adaptif terhadap perubahan yield di pasar sehingga. Apabila yield di pasar naik dan lebih tinggi daripada SR022, maka itu membuat investor cenderung lebih menyukai seri FR dan PBS.