Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Perkasa, Rupiah Dibuka Melemah ke Level 16.590

Rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.590 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan, Jumat (2/5/2025). Pada saat bersamaan, greenback terpantau alami penguatan.
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan Dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (3/3/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan Dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (3/3/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke posisi Rp16.590 pada perdagangan akhir pekan, Jumat (2/5/2025). Pada saat bersamaan, greenback terpantau membukukan penguatan.

Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka melemah sebesar 0,08% menuju level Rp16.590 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,10% menuju 100,14.

Sementara itu, mata uang di Asia mayoritas dibuka menguat. Won Korea menguat 0,12% bersama yen Jepang sebesar 0,01%. Sementara itu, ringgit Malaysia dan rupee India dibuka naik dengan persentase masing-masing 0,01% dan 0,89%.

Pengamat forex Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini akan bergerak fluktuatif. Namun, rupiah berpotensi ditutup menguat di kisaran Rp16.540–Rp16.610.

Menurutnya, sentimen yang memengaruhi nilai tukar rupiah adalah respons positif pemerintah terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 yang disampaikan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia sebesar 4,7%.

Dia menyatakan bahwa pandangan dari lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia merupakan hal yang wajar dan perlu disikapi secara terbuka.

Meski demikian, dia menekankan pentingnya membangun optimisme nasional yang didasarkan pada data dan pencapaian aktual ekonomi Indonesia.

Ibrahim juga menyoroti pentingnya mempertahankan kepercayaan diri nasional dalam menghadapi tantangan ekonomi global, yang dapat dilihat dari sejumlah indikator, seperti pertumbuhan ekonomi yang terjaga, inflasi yang terkendali, konsumsi rumah tangga yang stabil, serta iklim investasi yang tetap positif.

"Hal tersebut bisa dilihat dari pondasi ekonomi yang cukup stabil. Tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi terjaga, konsumsi rumah tangga dan iklim investasi terus terpelihara," ujar Ibrahim dalam risetnya, Kamis (1/5/2025).

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa pemerintah terus mendorong kerja sama ekonomi dan menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui berbagai upaya strategis, termasuk peninjauan regulasi yang dinilai menghambat masuknya investasi.

Dia menekankan bahwa keberhasilan ekonomi nasional ke depan bukan hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga merupakan hasil kolaborasi dari seluruh elemen, mulai dari sektor swasta, pelaku usaha, pekerja, hingga masyarakat umum.

Oleh karena itu, Ibrahim menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan, termasuk Bank Indonesia (BI) dan pelaku usaha, untuk bersama-sama mengisi kekurangan yang ada.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper