Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke posisi Rp16.590 pada perdagangan akhir pekan, Jumat (2/5/2025). Pada saat bersamaan, greenback terpantau membukukan penguatan.
Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka melemah sebesar 0,08% menuju level Rp16.590 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,10% menuju 100,14.
Sementara itu, mata uang di Asia mayoritas dibuka menguat. Won Korea menguat 0,12% bersama yen Jepang sebesar 0,01%. Sementara itu, ringgit Malaysia dan rupee India dibuka naik dengan persentase masing-masing 0,01% dan 0,89%.
Pengamat forex Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini akan bergerak fluktuatif. Namun, rupiah berpotensi ditutup menguat di kisaran Rp16.540–Rp16.610.
Menurutnya, sentimen yang memengaruhi nilai tukar rupiah adalah respons positif pemerintah terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 yang disampaikan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia sebesar 4,7%.
Dia menyatakan bahwa pandangan dari lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia merupakan hal yang wajar dan perlu disikapi secara terbuka.
Baca Juga
Meski demikian, dia menekankan pentingnya membangun optimisme nasional yang didasarkan pada data dan pencapaian aktual ekonomi Indonesia.
Ibrahim juga menyoroti pentingnya mempertahankan kepercayaan diri nasional dalam menghadapi tantangan ekonomi global, yang dapat dilihat dari sejumlah indikator, seperti pertumbuhan ekonomi yang terjaga, inflasi yang terkendali, konsumsi rumah tangga yang stabil, serta iklim investasi yang tetap positif.
"Hal tersebut bisa dilihat dari pondasi ekonomi yang cukup stabil. Tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi terjaga, konsumsi rumah tangga dan iklim investasi terus terpelihara," ujar Ibrahim dalam risetnya, Kamis (1/5/2025).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa pemerintah terus mendorong kerja sama ekonomi dan menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui berbagai upaya strategis, termasuk peninjauan regulasi yang dinilai menghambat masuknya investasi.
Dia menekankan bahwa keberhasilan ekonomi nasional ke depan bukan hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga merupakan hasil kolaborasi dari seluruh elemen, mulai dari sektor swasta, pelaku usaha, pekerja, hingga masyarakat umum.
Oleh karena itu, Ibrahim menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan, termasuk Bank Indonesia (BI) dan pelaku usaha, untuk bersama-sama mengisi kekurangan yang ada.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.