Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham barang sektor konsumer siklikal di dalam indeks IDX Consumer Cyclicals terpantau menjadi yang paling boncos sejak awal tahun. Namun, sejumlah saham di bidang komponen otomotif disebut masih layak dicermati.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 28 April 2025, indeks IDX Consumer Cyclicals anjlok 14,55% menjadi 713,442 sejak awal tahun (year-to-date/ytd).
Penurunan itu jauh lebih parah dibandingkan penurunan IHSG pada saat bersamaan sebesar 5,04%. Adapun, hanya indeks saham sektor konsumer siklikal yang jatuh hingga dobel digit sampai saat ini.
Beberapa indeks saham lain yang juga berkinerja buruk a.l. indeks saham Kesehatan yang turun 9,50% dan indeks saham infrastruktur yang turun 9,26%.
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan bahwa pengaruh daya beli yang menurun menjadi penekan kinerja IDXCYCLIC.
"Apabila dilihat dari bobotnya emiten ritel memiliki bobot yang paling besar, dan saat ini adanya penurunan kinerja membuat harga saham turun," katanya kepada Bisnis, Selasa (29/4/2025).
Menurutnya, saat ini kinerja IDXCYCLIC bisa didorong apabila ada perbaikan daya beli masyarakat. Di sisi lain, emiten retail seperti MAPI, MAPA, dan ACES yang juga terpengaruh dari fluktuasi nilai tukar rupiah terlihat masih sulit bergeliat.
Adapun, saham Grup MAP dan ACES menjadi pemberat langkah IDXCYCLIC sejak awal tahun. Saham MAPA anjlok 40,19% menjadi Rp640, saham MAPI turun 4,61% menjadi Rp1.345, dan saham ACES tergerus 34,81% menjadi Rp515.
Abdul Azis dari Kiwoom Sekuritas pun merekomendasikan buy untuk saham SMSM dari konstituen IDXCYCLIC dengan target harga Rp1.915-Rp1.950.
Dalam perkembangan lain, emiten komponen otomotif PT Selamat Sempurna Tbk. (SMSM) akan mencari dan mempertimbangkan alternarif pasar ekspor di tengah implementasi kenaikan tarif impor AS.
Wakil Presiden Direktur Selamat Sempurna Ang Andri Pribadi mengatakan perseroan sudah menyiapkan berbagai strategi untuk mengantisipasi dampak tarif Trump tersebut. Salah satunya, perseroan mencari dan mempertimbangkan alternatif pasar ekspor lainnya.
"Terkait kebijakan Trump, saat ini, SMSM sedang mempersiapkan langkah–langkah untuk menghadapi kebijakan ini diantaranya yaitu mengevaluasi ulang strategi bisnis ekspor," ujar Andri kepada Bisnis.
Adapun, SMSM menjadi terimbas kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mengenakan tarif impor 32% untuk Indonesia karena Negeri Paman Sam menjadi salah satu negara tujuan ekspor perseroan. Andri menyebut kontribusi pasar AS terhadap total penjualan perseroan mencapai 9,8% pada 2024.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.