Bisnis.com, JAKARTA — Gerak saham emiten peritel pengelola Alfamart atau PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) terpantau sudah koreksi cukup dalam sejak awal tahun 2025.
Berdasarkan data Bloomberg, AMRT sempat melemah 33,16% secara year to date (ytd) atau sejak awal tahun 2025 pada Selasa (22/4/2025). Sahamnya juga merosot signifikan sebesar 34,48% dalam 3 bulan terakhir.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa saham AMRT berada di fase downtrend, dan belum adanya sentimen positif dalam waktu dekat.
Menurutnya, pelemahan saham AMRT juga dipengaruhi oleh rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mengalami penurunan sejak Januari hingga Maret 2025.
"Indeks keyakinan konsumen levelnya ini masih belum optimum karena turun berada pada level 121,1 pada Maret 2025," katanya kepada Bisnis, Selasa (22/4/2025).
Bank Indonesia (BI) merilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menunjukkan tren penurunan sejak awal 2025, yang menandakan daya beli masyarakat yang lesu.
IKK tercatat berada pada level 121,1 pada Maret 2025, turun 5,3 poin dibandingkan 126,4 pada Februari 2025. Indeks ini sempat berada pada posisi 127,2 pada Januari 2025.
Apabila melihat dinamika tren pelemahan daya beli dan konsumsi rumah tangga, saat ini memang menjadi sentimen yang turut berpengaruh terhadap gerak saham AMRT.
"Sebenarnya, faktornya itu dari kondisi masyarakat yang memang lebih memilih menyimpan uangnya. Di sisi lain kami melihat bahwa tingkat golongan kelas menengah itu relatif dalam tren yang menurun semenjak pandemi Covid-19," tambahnya.
Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menambahkan bahwa penurunan IKK tersebut turut menekan kinerja emiten sektor ritel.
Dia mengungkap biasanya momen Ramadan dan Lebaran bisa mendongkrak pendapatan dan laba sektor ritel, tetapi menurutnya pada tahun ini lebih berat.
"Saya khawatir, pada kuartal I/2025 dengan ada momentum Lebaran saja sudah jelek, bagaimana kuartal-kuartal berikutnya. Jadi ini kurang bagus bagi emiten di sektor konsumer maupun ritel," ucapnya.
Selanjutnya, apabila melihat kinerja keuangan pada 2024, laba bersih AMRT tercatat susut 7,5% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp3,14 triliun pada 2024, dari Rp3,4 triliun pada 2023.
Sementara itu, analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan para investor maupun pelaku pasar untuk speculative buy saham AMRT.
"Speculative buy saham AMRT dengan level support Rp1.730 dan resistance Rp1.995. dengan target harga berada direntang level Rp2.060-Rp2.190 per saham," katanya kepada Bisnis, Selasa (22/4/2025).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.