Bisnis.com, JAKARTA — Indeks-indeks saham di Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Kamis (17/4/2025) waktu setempat di tengah sentimen negosiasi dagang pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan antisipasi investor terhadap laporan keuangan emiten.
Mengutip Bloomberg, indeks S&P 500 naik tipis 0,13% di New York, sedangkan Nasdaq 100 cenderung stagnan.
Saham UnitedHealth Group Inc., yang merupakan perusahaan asuransi kesehatan dengan bobot tertinggi dalam Dow Jones Industrial Average (DJIA), anjlok 22,4% setelah laba kuartal pertama yang dilaporkan meleset dari ekspektasi analis. Hal ini menyeret indeks blue-chip DJIA turun 1,3% sehingga mencatat kinerja terburuk dibandingkan indeks saham utama AS lainnya.
Secara keseluruhan, S&P 500 tetap mencatat penurunan untuk ketujuh kalinya dalam sembilan pekan terakhir. Hal ini sekaligus menjadi indikasi bahwa Wall Street masih diliputi kekhawatiran atas dampak tarif terhadap perekonomian global
Indeks volatilitas Cboe VIX bertahan di atas level 30 yang menandakan pelaku pasar masih berekspektasi fluktuasi harga yang tinggi akan terus berlanjut.
Volatilitas di Wall Street terjadi di tengah berbagai kabar mengenai perkembangan negosiasi AS dengan mitra perdagangan. Menteri Keuangan Scott Bessent menyatakan lewat platform X bahwa pembicaraan antara AS dan Jepang berjalan sangat memuaskan, sejalan dengan pernyataan Trump sebelumnya tentang adanya kemajuan besar dalam negosiasi.
Baca Juga
Sementara itu dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Trump menyatakan dirinya optimistis dapat mencapai kesepakatan dagang dengan Uni Eropa, tetapi ia menekankan tidak tergesa-gesa untuk menurunkan tarif.
Trump juga menggunakan platform Truth Social miliknya untuk mengkritik Ketua The Fed Jerome Powell. Dia menilai bank sentral seharusnya sudah memangkas suku bunga tahun ini. Laporan Wall Street Journal turut menyebut bahwa Bessent menolak gagasan tersebut.
“Jika melihat dari kombinasi analisis historis, fundamental, dan teknikal, bukti-bukti menunjukkan bahwa pendekatan pasar yang lebih defensif kini lebih tepat,” tulis Keith Lerner, kepala strategi pasar di Truist Advisory Services, dalam catatan kepada klien saat menurunkan pandangannya terhadap daya tarik saham AS.
Di antara saham individu, Eli Lilly & Co. melonjak 14% setelah datanya menunjukkan bahwa pil penurun berat badan eksperimental milik perusahaan tersebut bekerja seefektif suntikan Ozempic, membawa perusahaan lebih dekat ke pengembangan alternatif bebas jarum suntik.
Saham Hertz Global Holdings Inc. melejit 43%, memperpanjang reli dari kenaikan 56% di sesi sebelumnya setelah Bill Ackman mengonfirmasi bahwa Pershing Square Capital Management miliknya memegang hampir 19,8% saham di perusahaan penyewaan mobil tersebut.
Sementara itu, Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. ditutup menguat setelah mempertahankan proyeksi pertumbuhan tahunan di kisaran 20% dan tetap pada rencana belanja modal, meskipun pada Maret lalu mengumumkan tambahan investasi senilai US$100 miliar di AS.
Prospek investasi tersebut memberikan kelegaan bagi sektor semikonduktor, sehari setelah kelompok tersebut terpukul oleh proyeksi mengecewakan dari ASML Holding NV dan kebijakan baru Gedung Putih yang membatasi ekspor chip ke China.
Saham Alphabet Inc. turun 1,4% setelah hakim federal menyatakan Google telah secara ilegal memonopoli pasar teknologi iklan digital tertentu, pukulan terhadap salah satu lini bisnis utama perusahaan tersebut.
Di sisi ekonomi, klaim tunjangan pengangguran AS turun ke level terendah dalam dua bulan terakhir. Hal ini mencerminkan pasar tenaga kerja yang stabil. Namun, Indeks Philadelphia Fed menurun dan mengindikasikan peringatan dari sektor manufaktur.
Sementara itu di Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) menurunkan suku bunga untuk ketujuh kalinya sejak Juni lalu, di tengah meningkatnya ketegangan dagang yang dapat menggagalkan pemulihan ekonomi kawasan tersebut.