Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Faktor Pendorong Emisi Surat Utang Korporasi Melonjak 77,4% Kuartal I/2025

Beberapa faktor menjadi pendorong lonjakan emisi surat utang korporasi sepanjang kuartal I/2025, salah satunya karena kebutuhan refinancing dan ekspansi.
Investor mencari informasi penjualan obligasi melalui salah satu platform mobile banking di Jakarta, Sabtu (25/11/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Investor mencari informasi penjualan obligasi melalui salah satu platform mobile banking di Jakarta, Sabtu (25/11/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Beberapa faktor menjadi pendorong lonjakan emisi surat utang korporasi, di tengah tekanan ekonomi global dan minimnya katalis di pasar saham saat ini.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) merilis realisasi emisi surat utang korporasi sepanjang kuartal I/2025 mencapai Rp46,75 triliun, melonjak 77,4% secara tahunan (year on year/yoy) dari posisi Rp26,35 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Presiden Direktur Pinnacle Investment Guntur Putra mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mendorong lonjakan emisi surat utang korporasi saat ini, salah satunya adalah kebutuhan refinancing dan ekspansi.

"Ada kemungkinan beberapa korporasi memiliki jatuh tempo surat utang sebelumnya dan ada kebutuhan pembiayaan untuk ekspansi bisnis, sehingga memicu untuk penerbitan baru surat utang atau rolling dari sebelumnya dan refinancing," katanya saat ditanyai Bisnis, Selasa (15/4/2025).

Lalu di samping itu, dia menjelaskan bahwa di tengah pasar saham yang lesu dan tekanan margin perbankan akibat tingginya suku bunga kredit, banyak emiten memilih obligasi sebagai alternatif pendanaan yang lebih fleksibel.

Menurutnya, waktu penerbitan obligasi korporasi juga penting dilakukan saat yield sudah mulai stabil, untuk mengamankan pendanaan sebelum potensi kenaikan suku bunga lanjutan apabila kondisi pasar tidak stabil akibat tensi geopolitik dan hal lainnya.

"Sejauh ini daya serap investor masih cukup kuat, terutama dari institusi domestik seperti asuransi, dana pensiun, perbankan, dan juga manajer investasi, dan untuk investor asing masih sedikit selektif dan juga melihat banyak faktor," ujarnya.

Meski begitu, dia mengatakan bahwa secara keseluruhan banyaknya Surat Utang Negara (SUN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang beredar juga akan menciptakan kompetisi ketat dalam penyerapan likuiditas, sehingga penentuan harga (pricing) menjadi sangat penting.

Dia memproyeksi bahwa emiten dengan peringkat kredit tinggi dan sektor defensif kemungkinan tetap akan mendapatkan permintaan yang solid.

Menurutnya, ketika pemerintah dan Bank Indonesia (BI) aktif menerbitkan surat utang dalam jumlah besar, likuiditas di pasar uang menjadi terbagi, dan hal ini bisa mendorong naiknya cost of fund untuk korporasi swasta, terutama yang memiliki peringkat kredit lebih rendah.

"Tentunya masing-masing korporasi di sektor swasta dapat menyusun strategi timing untuk penerbitan yang lebih cermat, terus menjaga kualitas kredit," tambahnya.

Sementara itu, lonjakan emisi surat utang korporasi ini menjadi kontras menarik di tengah pasar modal yang masih fluktuatif dan suku bunga yang relatif tinggi.

Meski begitu, Pefindo memproyeksi emisi surat utang korporasi pada tahun ini masih di kisaran Rp143,91 triliun, sedikit di bawah realisasi pada 2024 sebesar Rp147,7 triliun.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper