Bisnis.com, JAKARTA – PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) mencatat rugi bersih sepanjang 2024 di tengah kinerja pendapatan yang menguat secara tahunan.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian yang dirilis Senin (7/4/2025), MDKA membukukan pendapatan sebesar US$2,23 miliar pada 2024. Jumlah tersebut meningkat 31,18% dari capaian tahun sebelumnya US$1,7 miliar.
Pertumbuhan itu ditopang oleh anak usaha perseroan di sektor nikel, PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA), yang mencatat produksi limonit naik 150% menjadi 10,1 juta wet metric ton (wmt) dan produksi saprolit naik 110% hingga 4,9 juta wmt.
Di sisi hilir, fasilitas smelter MBMA juga menunjukkan peningkatan produksi, dengan 82.161 ton nickel pig iron (NPI) atau meningkat sebesar 26%, serta 50.315 ton high-grade nickel matte (HGNM) tumbuh 66% dibandingkan dengan 2023.
Sementara itu, beban pokok pendapatan MDKA mencapai US$2,06 miliar pada tahun lalu atau meningkat 32,13% year on year (YoY). Hal ini membuat laba kotor masih meraih pertumbuhan sebesar 21,06% YoY menjadi US$176,35 juta.
Namun, setelah memperhitungkan beban dan pendapatan lain, MDKA mencatat rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai US$55,76 juta pada 2024. Angka ini naik dari rugi tahun sebelumnya sebesar US$20,65 juta
Baca Juga
Presiden Direktur Merdeka Copper Albert Saputro menyatakan bahwa MDKA tetap mencatat pertumbuhan solid di seluruh lini bisnis utama, yang didukung oleh kemajuan dalam berbagai proyek strategis.
“Merdeka tetap teguh pada komitmennya untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan menguntungkan. Dengan berbagai pencapaian penting yang menanti pada 2025 dan tahun-tahun selanjutnya, kami optimistis meraih keberhasilan berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Manajemen melaporkan bahwa perseroan meraih kemajuan dalam pengembangan Pabrik Acid Iron Metal (AIM) yang dioperasikan PT Merdeka Tsingshan Indonesia.
Proses komisioning komponen utama seperti Pabrik Pirit dan Pabrik Asam telah diselesaikan, sementara Pabrik Klorida berhasil memproduksi spons tembaga perdana pada Januari 2025. Komisioning Pabrik Katoda Tembaga juga berjalan lancar.
Di sektor emas, Proyek Emas Pani mencatat progres signifikan dengan konstruksi mencapai 33% pada akhir 2024. Penuangan emas pertama ditargetkan pada awal 2026 dan proyek ini diproyeksikan menjadi salah satu tambang emas primer terbesar di Indonesia, dengan kapasitas produksi puncak hingga 500.000 ounce per tahun.
“Proyek Tembaga Tujuh Bukit [TB Copper] juga menunjukkan kemajuan yang signifikan, dengan estimasi sumber daya terindikasi yang telah diperbarui dan mencerminkan peningkatan dibandingkan estimasi sebelumnya,” ungkap manajemen.
Manajemen menyatakan bahwa emiten pertambangan mineral ini berencana untuk merilis studi pra-kelayakan terbaru pada kuartal II/2025, yang mencakup proyeksi keekonomian yang lebih baik serta kapasitas produksi yang diperluas.