Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Annisa Kurniasari Saumi

Reporter Bisnis.com

Lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya. Memiliki pengalaman meliput isu pasar modal, finansial, dan ekonomi sejak 2018.

Lihat artikel saya lainnya

Indonesia Kena Tarif Trump 32%, Bagaimana Dampaknya ke Emiten CPO?

Pemerintah AS mengenakan tarif resiprokal untuk produk Indonesia sebesar 32%, termasuk terhadap produk komoditas CPO.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah AS mengenakan tarif resiprokal untuk Indonesia sebesar 32%. Analis mengatakan dampak dari pengenaan tarif ini tergolong minim ke emiten sektor crude palm oil (CPO). 

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan dampak dari pengenaan tarif resiprokal sebesar 32% ini bersifat sementara. Menurutnya, dengan penerapan tarif Trump ini, pemerintah bisa memaksimalkan potensi konsumsi domestik CPO, sekaligus memaksimalkan diplomasi ekonomi. 

"Indonesia juga bisa meningkatkan penetrasi pasar untuk produk CPO agar bisa diterima di negara-negara utama BRICS, seperti India dan China misalnya," ujar Nafan, Senin (7/4/2025). 

Presiden Direktur AALI Santosa dalam laporan tahunannya memandang pada 2025, industri kelapa sawit masih menghadapi ketidakpastian yang disebabkan oleh restriksi pasar yang terjadi antara Amerika Serikat dengan China, Kanada, dan Meksiko. Belum lagi, konflik geopolitik di Laut Hitam dan Laut Merah yang masih terus bergejolak.

Menurut Santosa, ketiga konflik yang merupakan tujuan utama ekspor komoditas, sekaligus jalur strategis transportasi masih harus terus diantisipasi dampaknya bagi perekonomian global, terutama menurunnya permintaan komoditas yang memicu koreksi harga komoditas dan kebutuhan lainnya di dunia.

Lebih lanjut, Santosa juga mengatakan restriksi pasar yang kini ditegakkan oleh Amerika Serikat dapat memicu penurunan ekonomi di negara-negara lain sehingga berdampak negatif terhadap ekonomi global yang mempengaruhi kinerja industri kelapa sawit nasional.

Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyampaikan potensi ekspor sawit atau crude palm oil (CPO) Indonesia ke Amerika Serikat diambil alih oleh negara lain seperti Malaysia dan Amerika Latin.  

Kekhawatiran tersebut dipicu tingginya tarif impor resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat (AS) ke Indonesia sebesar 32%, sementara tarif yang dikenakan untuk komoditas asal Malaysia 24%.  

Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan, Indonesia saat ini menguasai pangsa pasar ekspor CPO ke AS sebesar 89%. Kebijakan tarif tinggi ke AS dapat memengaruhi kinerja ekspor CPO secara signifikan. 

“Tadi saya sampaikan di dalam rapat tadi bahwa beban kita itu sangat besar sekarang, yaitu sekitar US$221 per metrik ton, sementara Malaysia hanya US$140 per metrik ton,” ujar Eddy, Senin (7/4/2025). 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper